ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tingkat prevalensi anemia di Asia Tenggara dan Afrika termasuk paling tinggi di dunia, mencapai 85 persen dari kasus yang dilaporkan secara global.
Tercatat saat ini, sekitar 2,3 miliar orang menderita anemia dan satu dari dua penderita mengidap anemia karena defisiensi zat besi (IDA) dan mengalami gejala seperti sering kelelahan, pusing, pucat, dan gangguan kekebalan tubuh yang memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas.
Hal tersebut terungkap dalam forum diskusi kesehatan ‘P&G Blood Health Forum’ yang diikuti para pakar internasional dari tujuh negara dengan tema ‘Mengutamakan Kesehatan Darah Melalui Diagnosis Dini dan Pengelolaan Defisiensi Zat Besi dan Mikronutrien’, yang digelar secara virtual Senin (2/11/2020).
Prof. Dr. Zulfiqar A. Bhutta, dari Robert Harding Inaugural Chair in Global Child Health, Hospital for Sick Children and Co-Director of the SickKids Centre for Global Child Health Kanada, menjadi salah satu pembicara di forum itu.
Ia memaparkan, kendatipun terdapat cukup bukti mengenai beban yang ditimbulkan dan epidemiologi mengenai anemia dan defisiensi zat besi pada anak-anak dan wanita usia subur di berbagai belahan dunia, penanganan secara strategis masih sangat lambat dan berdampak dengan hilangnya sumber daya manusia secara signifikan.
“Tantangan ini diperparah dengan pandemi Covid-19 dan berbagai konsekuensi ekonomi yang terjadi. Deteksi dini anemia secara menyeluruh dan penanganan yang tepat harus menjadi prioritas global,” jelasnya.
Bhutta memandang, potensi penuh dari beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan terkait nutrisi, kesehatan dan pembelajaran (SDGs 2, 3 dan 4) tidak dapat direalisasikan tanpa penanganan anemia akibat defisiensi zat besi dalam skala besar, terutama di populasi yang terpinggirkan dan sangat miskin di dunia.
Sementara itu, dr. Murti Andriastuti, Sp.A (K) mengungkapkan, Anemia akibat defisiensi zat besi adalah salah satu dari masalah kesehatan utama di dunia.
“P&G Blood Health Forum merupakan sebuah platform yang sangat baik yang menghubungkan para tenaga kesehatan di seluruh Asia dengan para ahli internasional terkemuka untuk membahas penanganan terbaik bagi anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi yang mana hal tersebut sangat penting untuk menciptakan masa depan anak yang lebih baik,” terangnya.
Adapun Aalok Agrawal, Senior Vice President, P&G Health – Asia Pacific, Middle East and Africa, mengatakan, Anemia senantiasa menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan tingkat prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika.
“Anemia adalah risiko kesehatan yang sangat mempengaruhi kelompok masyarakat yang paling rentan yaitu perempuan dan anak-anak,” jelas Agrawal.
“Melalui P&G Blood Health Forum, kami menyambut para pakar terkemuka bidang anemia, fisiologi zat besi, dan kesehatan gizi untuk bertukar wawasan dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan kesehatan anemia secara global,” imbuhnya.
“Dengan menyediakan platform untuk pertukaran berbagai penelitian ilmiah dan wawasan klinis, kami berharap dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pendekatan dan metode yang efektif untuk menangani anemia,” tandas Agrawal. (ATN)
Discussion about this post