ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melaporkan telah memproduksi 60.090 metrik ton nikel dalam matte sepanjang 2022, dengan produksi pada kuartal IV-2022 mencapai 16.183 metrik ton nikel dalam matte.
Hasil produksi pada kuartal terakhir tahun lalu, 8% lebih rendah bila dibandingkan volume produksi kuartal III-2022.
Sementara itu, secara tahunan atau year-on-year (yoy) basis produksi pada 2022 juga menurun 8% dibandingkan total produksi 2021.
Menurut CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy, penurunan produksi nikel tersebut terutama disebabkan adanya proyek pembangunan kembali Tanur 4 pada semester I-2022.
“Kinerja Tanur 1, Tanur 2, dan Tanur 3 berada di atas anggaran untuk tahun 2022, namun produksi tahunan secara keseluruhan lebih rendah dari target kami sebelumnya terutama karena keterlambatan dalam penyelesaian pembangunan kembali Tanur 4,” kata Febriany, Selasa (31/1/2023).
Capaian produksi INCO sepanjang 2022 juga hanya memenuhi 92,3% target perseroan tahun lalu yang dipatok pada level 65.000 ton.
Sedangkan tahun ini, Vale Indonesia merencanakan produksi nikel sebanyak 70.000 ton atau naik 16,66% dari capaian tahun lalu.
“Menyangkut target produksi tahun depan, kurang lebih 70.000 ton nickel in matte ya di tahun 2023,” ujar Chief Operating Officer Vale Indonesia, Abu Ashar.
Sebelumnya, Vale Indonesia bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) melaksanakan groundbreaking sebagai tanda dimulainya pengembangan proyek Blok Pomalaa di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Minggu (27/11/2022).
Proyek yang akan beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) ini, diperkirakan memiliki total paket investasi untuk pabrik high pressure acid leaching (HPAL) dan tambang mencapai Rp67,5 triliun dan melibatkan sekitar 12.000 lapangan kerja untuk konstruksi.
Proyek Blok Pomalaa telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan menggunakan teknologi HPAL Huayou untuk menghasilkan hingga 120.000 ton nikel per tahun.
Blok HPAL Pomalaa ditargetkan menghasilkan produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi material yang cocok untuk baterai kendaraan listrik (EV). (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post