ASIATODAY.ID, NEW YORK – Jutaan orang beramai-ramai turun ke jalan dan berunjuk rasa menyuarakan protes terkait perubahan iklim.
Menurut sejumlah koordinator acara, sekitar empat juta orang ikut dalam aksi ini yang berlangsung di sejumlah kota besar dunia.
Dikutip dari AFP, Sabtu 21 September 2019, aksi serentak pada Jumat 20 September ini bermula di beberapa negara Asia dan Pasifik, kemudian menyebar ke Afrika, Eropa, Amerika Latin dan juga Amerika Serikat.
“Ini adalah permulaan dalam perang melawan bencana lingkungan,” kata Greta Thunberg, seorang aktivis muda yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa perubahan iklim di New York. Ia mengklaim sekitar 250 ribu orang ikut serta dalam aksi di New York.
Pihak koordinator aksi protes, 350.org, mengklaim bahwa gerakan massa pada Jumat 20 September adalah awal dari 5.800 aksi protes yang dijadwalkan berlangsung di 163 negara pekan depan.
Dari Berlin hingga Boston, Kampala ke Kiribati, Seoul ke Sao Paulo, para demonstran membawa sejumlah spanduk, termasuk yang bertuliskan “Tidak ada planet B” dan juga “Buat Bumi Hebat Lagi” — merujuk pada slogan Presiden AS Donald Trump.
Di Taman Battery di New York, puluhan ribu orang menyambut kedatangan Thunberg yang dianggap seperti pahlawan di bidang lingkungan. Berbicara di hadapan massa, Thunberg meminta agar para pemimpin dunia mengambil tindakan nyata dalam memangkas emisi karbon.
“Mengapa kami harus susah-susah belajar jika masa depan kami direnggut begitu saja?” tanya Thunberg. “Kami menginginkan masa depan yang aman. Apakah permintaan tersebut berlebihan,” lanjutnya.
Aksi protes berskala global ini dimulai di Vanuatu, Kepulauan Solomon dan Kiribati. “Kami tidak tenggelam, kami sedang berjuang,” teriak beberapa anak di Kiribati, merujuk pada perkiraan pakar bahwa sejumlah negara di Pasifik akan tenggelam di tengah perubahan iklim.
Lilly Satidtanasarn, bocah berusia 12 tahun, ikut serta dalam aksi protes perubahan iklim di Bangkok. Ia sempat dijuluki sebagai “Thunberg dari Thailand” atas gerakannya terkait kantung plastik di Bangkok.
“Kami adalah masa depan, dan kami layak mendapatkan yang lebih baik,” seru Satidtanasarn.
Ratusan hingga ribuan anak-anak sekolah di India dan juga Filipina ikut serta dalam aksi protes. Di benua Afrika, sekitar 200 orang berunjuk rasa di Accra, Ghana.
“Negara berkembang seperti Ghana adalah yang akan terkena dampak terburuk (perubahan iklim). Kami tidak punya sumber daya untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim,” ungkap koordinator aksi, Ellen Lindsey Awuku.
Di Slovakia, bocah lima tahun bernama Teo meminta masyarakat untuk “tidak menebang pepohonan” dan mengurangi produksi sampah. Ia juga meminta agar para orang dewasa menggunakan mobil berbahan bakar ramah lingkungan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post