ASIATODAY.ID, JAKARTA – Proyek Pertamina Rosneft di Tuban, Jawa Timur kerjasama Indonesia dan Rusia mulai dikhawatirkan akan terkena imbas konflik Rusia-Ukraina.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto saat bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (7/3/2022).
“Rusia penyumbang minyak dunia terbesar di luar OPEC. Hampir 30 persen minyak dunia dari Rusia. Dengan adanya konflik ini tentu berpengaruh terhadap harga minyak dunia. Belum lagi, berbagai proyek kerja sama di bidang energi antara Rusia dan Indonesia. Akibat konflik tersebut, barat melakukan banned produk Rusia. Hal ini mungkin saja ikut terkena imbas ke Indonesia, salah satunya proyek Pertamina Rosneft di Tuban, Jawa Timur. Saya berharap proyek ini terus jalan dan tidak terpengaruh konflik Rusia,” kata Sugeng, dikutip dari laman DPR, Rabu (9/3/2022).
Politisi Partai NasDem ini berharap, agar ada dialog antara kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik dan perdamaian pun dapat kembali tercipta.
Meski sempat dikatakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa target serangan Rusia sejatinya hanya militer Ukraina, namun tidak dapat dipungkiri serangan itu juga mengorbankan warga sipil yang tidak bersalah.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva menjelaskan Rusia terpaksa mengambil jalan tersebut didesak situasi terpojok. Dimana eskalasi kekuatan Barat, dalam hal ini NATO, yang membangun afilliasi dengan Ukraina.
Berkali-kali Rusia memberi peringatan terhadap Ukraina, agar jangan sampai ada militerisasi yang berjarak hanya beberapa miles dari Moskow, tapi peringatan itu diabaikan dan tetap dibangun kekuatan barat secara terang-terangan. Di antaranya dengan dikirim peralatan militer, latihan militer antara Ukraina dan NATO.
“Hal ini menunjukan Ukraina menjadi bagian dari Barat untuk merongrong kewibawaan Rusia,” tandasnya.
Sebagai catatan, sepanjang 2021 nilai ekspor Indonesia ke Rusia tumbuh 53,42 persen menjadi USD1,49 miliar, sedangkan nilai impor mencapai USD1,25 miliar. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia tercatat surplus USD239,79 juta. (ATN)
Discussion about this post