ASIATODAY.ID, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) menyampaikan berbagai pujian dan apresiasi kepada Indonesia.
Pertama, IMF mengapresiasi penyelenggaraan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting /FMCBG) Negara G20 ketiga di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022) lalu.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva saat diterima oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/7/2022).
Kristalina Georgieva didampingi Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh.
Sementara Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Sri Mulyani mengatakan, IMF sangat menghargai Indonesia telah sukses menjadi tuan rumah dalam pertemuan tersebut di tengah-tengah situasi dunia yang tidak mudah.
“Bu Kristalina sangat menghargai bahwa Indonesia telah sukses menjadi tuan rumah untuk G20 finance track menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral yang ketiga di Bali pada situasi dunia yang sedang tidak mudah, makin menantang,” kata Sri Mulyani saat memberikan keterangan pers seusai mendampingi Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/7/2022).
Menurut Sri Mulyani, tantangan yang disampaikan tersebut antara lain perang yang masih berjalan menimbulkan harga komoditas seperti pangan dan energi menjadi naik. Dampaknya memacu inflasi di berbagai negara.
“Ini menjadi ancaman yang sangat nyata bagi banyak-banyak negara yang sekarang menghadapi krisis pangan dan krisis energi,” ujar Sri Mulyani.
Untuk itu, Sri menambahkan, peranan Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral menjadi sangat penting. Hal tersebut karena dalam pertemuan dibahas mengenai bagaimana menyinkronkan kebijakan fiskal dan moneter.
“Dalam menangani krisis pangan, langkah-langkah apa yang bisa dilakukan agar bisa menurunkan risiko dari perekonomian global yang sekarang ini meningkat sangat tinggi,” terang Sri Mulyani.
Untuk G20 sendiri, lanjut Sri, berbagai hasil dari pembahasan dalam berbagai pertemuan akan menjadi bahan untuk nanti disampaikan pada KTT G20 November mendatang. Misalnya, untuk masalah kesehatan adanya pembentukan dana kesehatan multilateral untuk penanganan pandemi di masa depan, terutama dalam hal memperkuat kolaborasi antara keuangan dan kesehatan.
“Itu merupakan satu capaian yang bagus. Kita bicara tentang crypto currency dan regulasi mengenai digital coin ini menjadi salah satu yang bagus. Financial inclusion dan digital technology juga menjadi salah satu capaian yang sangat baik, kita bicara tentang global taxtation juga menjadi sangat impresif dalam situasi saat ini, juga mengenai sustainable finance serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, itu merupakan hasil-hasil yang dilakukan di G20,” papar Sri Mulyani
Kedua, Sri Mulyani menyampaikan IMF menilai perekonomian Indonesia dalam kondisi baik dari beberapa sisi seperti pertumbuhan, neraca pembayaran dan inflasi yang di bawah 5%.
“Paling penting yaitu sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk menjaga tetap harmonis, ini akan membantu menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Ketiga, Direktur Pelaksana IMF Kristalina juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia atas penanganan pandemi Covid-19.
“Selanjutnya kita berharap kondisi Indonesia yang membaik ini tetap dijaga karena nanti Bapak Presiden akan menjadi tuan rumah (KTT G-20) pada bulan November,” ungkap Sri Mulyani.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah hal kepada IMF mengenai situasi perekonomian di Indonesia.
“Laju perekonomian Indonesia relatif baik. Hal itu terlihat dari laju inflasi sekitar 4,2% dan pertumbuhan 5,01%,” kata Airlangga.
Dalam situasi lain, Indonesia punya debt to gross domestic product (GDP) ratio sekitar 42%. Sementara di beberapa negara mencapai 100%.
“Kemudian, defisit masih sekitar 4% dan current account 0,5%. Sementara balance of trade kita 26 bulan positif terus, Indonesia punya foreign reserve sebesar US$ 135 miliar,” ujar Airlangga Hartarto.
Airlangga menjelaskan situasi perekonomian di Indonesia relatif baik dengan potensi resesi lebih kecil sekitar 3%. Meski demikian, pemerintah berharap IMF akan mendukung perekonomian Indonesia terutama dalam menghadapi krisis global.
“Kita sangat mengkhawatirkan dengan lonjakan inflasi di berbagai negara. Tingkat suku bunga akan masuk rezim baru yaitu kenaikan tingkat suku bunga global dan mempengaruhi investasi yang sangat dibutuhkan Indonesia,” terang Airlangga. (ATN)
Discussion about this post