• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
  • Arabic
  • Chinese (Simplified)
  • English
  • French
  • German
  • Indonesian
  • Korean
  • Norwegian
  • Russian
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Raksasa Migas Equinor, Shell, BP Cabut dari Rusia

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
March 1, 2022
in Business
2 min read
0
Raksasa Migas Equinor, Shell, BP Cabut dari Rusia

Fasilitas hulu migas Equinor. Dok

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS

ASIATODAY.ID, MOSKOW – Invasi militer Rusia ke Ukraina membuat perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) cabut dari negeri itu.

Equinor, perusahaan energi raksasa Norwegia memutuskan mengakhiri kerjasama di Rusia. Perusahaan minyak dan gas tersebut akan menghentikan seluruh investasi di Rusia dan meninggalkan operasi joint ventures di sana, demikian pernyataan dari Equinor, Senin (28/2/2022).

“Kami sangat terganggu dengan invasi yang dilakukan ke Ukraina, yang menggambarkan kemunduran yang buruk bagi dunia,” kata Presiden sekaligus CEO Equinor Anders Opedal dikutip CNN.

RelatedPosts

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Paling Aktif di ASEAN

Ekspansi Bisnis, Pos Indonesia Terjun ke Industri Tambang Nikel

Dunia Krisis Gandum, Indonesia Fokus Hilirisasi Sorgum

China Mulai Kirim 11 Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung ke Indonesia

Kolaborasi Aramco-Sinopec, Perkuat BRI China dan Visi 2030 Arab Saudi

Saat ini Equinor memiliki investasi jangka panjang sebesar USD1,2 miliar pada akhir tahun 2021. Equinor telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun di Rusia dan memiliki perjanjian kerjasama dengan perusahaan negara Rosneft.

Keputusan ini tak lepas dari campur tangan pemerintah Norwegia. Seperti tercantum pada situs resmi Equinor, pemerintah Norwegia memiliki 2/3 saham perusahaan tersebut.

Norwegia pada Minggu (27/2/2022) telah mengumumkan agar dana investasi negara untuk dilepaskan dari keterkaitan dengan Rusia.

Hal serupa juga dilakukan oleh perusahaan raksasa energi dunia, yakni Shell Plc.

Penarikan bisnis itu termasuk dalam hal kemitraan dengan perusahan asal Rusia di negara tersebut.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (1/3/2022), penarikan bisnis Shell itu merupakan bentuk protes invasi Rusia ke Ukraina.

Sebelum Shell, langkah serupa juga lebih dulu diumumkan oleh BP Plc pada Minggu (28/2/2022).

BP melaporkan bahwa mereka akan melepas sahamnya di BUMN Rusia yakni Rosneft OJSC. Hal itu membuat BP harus mengalami potensi kerugian hingga USD25 miliar.

Sementara itu, penarikan diri Shell membuat perusahaan mengakhiri kemitraannya dengan Gazprom PJSC, yang dikendalikan Kremlin yang terkait erat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Perusahaan juga akan mengakhiri kemitraan eksplorasi dengan Gazprom yang disebut Gydan, dan menarik diri dari pipa Nord Stream 2, yang sudah ditangguhkan oleh otoritas Jerman Namun demikian, tidak dijelaskan berapa potensi kerugian yang akan dialami oleh Shell atas keputusannya itu.

Perusahaan hanya menyebutkan bahwa aset tidak lancar di bisnisnya di Rusia mencapai USD3 miliar.

Shell tercatat memiliki 27,5 persen dari fasilitas LNG Sakhalin. Selain itu perseroan juga memiliki 50 persen saham di Salym Petroleum Development, yang tahun lalu menghasilkan pendapatan sebesar USD700 juta bagi perusahaan.

“Keputusan kami untuk keluar dari Rusia adalah keputusan yang kami ambil dengan penuh keyakinan. Kami tidak bisa – dan kami tidak akan – berdiam diri,” kata Chief Executive Officer Shell Ben van Beurden, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (1/3/2022).

Langkah yang diambil Shell muncul setelah Pemerintah Inggris, yang bersama dengan Amerika Serikat dan sekutu lainnya berusaha menekan ekonomi Rusia serta meyakinkan Putin bahwa invasinya ke Ukraina akan menimbulkan kehancuran finansial. (ATN)

Tags: British PetroleumEquinorKrisis UkrainaRusiaShell
Previous Post

Indonesia Targetkan Net Zero Emission pada 2060

Next Post

Sanksi Balasan, Rusia Tutup Jalur Penerbangan dari 36 Negara

Related Posts

Sanksi Balasan, Rusia Tutup Jalur Penerbangan dari 36 Negara
News

Rusia Denda WhatsApp, Tinder dan Snapchat Jutaan Rubel

July 30, 2022
Diplomat Senior AS Diusir dari Rusia
News

Organisasi Yahudi di Rusia Segera Dibubarkan

July 22, 2022
Rusia dan Iran Siap Bersatu Lawan Sanksi Barat 1
News

Rusia dan Iran Siap Bersatu Lawan Sanksi Barat

July 20, 2022
Myanmar dan Rusia Jalin Kerja Sama Pertahanan
News

Myanmar dan Rusia Jalin Kerja Sama Pertahanan

July 14, 2022
Rusia Tutup Total Pasokan Gas Utama ke Eropa 2
News

Rusia Tutup Total Pasokan Gas Utama ke Eropa

July 13, 2022
Fadli Zon Bersama IPU Task Force Inisiasi Dialog dan Resolusi Konflik Rusia-Ukraina
News

Fadli Zon Bersama IPU Task Force Inisiasi Dialog dan Resolusi Konflik Rusia-Ukraina

July 13, 2022
Next Post
Sanksi Balasan, Rusia Tutup Jalur Penerbangan dari 36 Negara

Sanksi Balasan, Rusia Tutup Jalur Penerbangan dari 36 Negara

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • China Umumkan Latihan Militer Terbaru dengan Amunisi Sungguhan
  • Indonesia Potensi Merugi Rp2,5 Triliun Akibat Tambang Timah Ilegal
  • Hungaria dan Indonesia Jajaki Kerja Sama Teknologi dan Talenta Digital
  • 10 Perusahaan Korea Selatan Komitmen Investasi Rp100,69 Triliun di Indonesia
  • Agresi Israel di Gaza, Puluhan Orang Tewas Termasuk Anak-anak
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKoreanNorwegianRussian