ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia mengusung visi besar melalui revolusi energi hijau sebagai upaya menekan laju pemanasan global dan emisi karbon di atmosfer.
Untuk mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025, PLN meluncurkan program Konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit baru yang berbasis EBT.
Peluncuran program dilakukan langsung oleh Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini dan disaksikan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Ego Syahrial, Senin (2/11/2020).
“Kami mengapresiasi terobosan PLN yang mendukung pemerintah dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi di Indonesia dengan terus berpartisipasi meningkatkan penggunaan EBT,” kata Ego dalam keterangan resminya, Selasa (3/11/2020).
Saat ini ada 5.200 unit mesin PLTD PLN yang terpasang di wilayah Indonesia dan tersebar di 2.130 lokasi dengan potensi untuk dikonversi ke pembangkit berbasis EBT sebesar ±2 GW. Program Konversi PLTD menuju pembangkit EBT itu akan dilakukan secara bertahap.
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini mengungkapkan, program konversi PLTD itu merupakan upaya untuk meningkatkan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.
Selain, meningkatkan bauran EBT, konversi PLTD ke EBT juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Menurut Zulkifli, kedepan pemerintah tidak lagi mengandalkan bahan bakar ninyak (BBM) yang sebagian besar masih diimpor.
“Bukan hanya dari sudut pandang operasi bisnis PLN yang lebih efisien, tetapi juga akan mengurangi belanja negara di sektor Bahan Bakar Minyak yang sebagian besar diimpor. Demikian pula sejalan dengan program Pemerintah untuk membangun Indonesia sentris maka listrik akan hadir merata sampai ke pelosok tanah air,” terang Zulkifli.
Selain ramah lingkungan, manfaat lain program konversi PLTD ke EBT adalah ketersediaan listrik selama 24 jam. Hal itu dianggap akan membuka peluang pembangunan ekonomi baru dalam skala lokal.
Sejumlah potensi sumber daya alam yang menjadi komoditas andalan daerah dapat tumbuh karena ketersediaan listrik yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat mulai dari industri wisata, perikanan, agrobisnis, terbukanya jaringan telekomunikasi akan hadir sampai ke pelosok.
Pada tahap pertama, PLN akan melakukan konversi terhadap PLTD di 200 lokasi dengan kapasitas 225 Megawatt (MW). Konversi tahap awal ini dilakukan dengan memilih mesin PLTD yang telah berusia lebih dari 15 tahun dengan mempertimbangkan kajian studi yang telah dilakukan oleh PLN.
Sementara, pada tahap kedua dan ketiga masing-masing 500 MW dan 1.300 MW.
“Konversi PLTD ini merupakan bagian dari upaya PLN mengeksplorasi sumber energi ramah lingkungan dan menggali potensi energi setempat, serta memperhitungkan potensi pengembangan dan konsumsi listrik di masa mendatang di wilayah tersebut,” tambah Zulkifli.
Lebih jauh Zulkifli menerangkan, metode pelaksanaannya menggunakan analisis geospasial. Mulai dari pemetaan titik-titik sebaran PLTD eksisting, pemetaan potensi sumber energi terbarukan di wilayah tersebut, yang dikombinasikan dengan potensi pertumbuhan ekonomi regional di titik yang telah diidentifikasi tersebut.
Konversi dari pembangkit PLTD menjadi pembangkit EBT mempunyai beragam tantangan, karena melibatkan pembangkit dalam jumlah yang sangat besar, dan titik-titiknya berada di wilayah yang relatif paling sulit, yakni wilayah 3T tadi.
“Masing-masing PLTD yang sekarang masih digunakan memiliki pola operasi yang berbeda-beda tergantung jam nyala, termasuk keterbatasan infrastruktur dan telekomunikasi menjadi tantangan yang juga harus diselesaikan,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post