ASIATODAY.ID, JAKARTA – Rusia dan Uni Eropa (UE) berbeda pandangan dan sikap terkait sikap pemerintah Indonesia melarang ekspor bijih nikel. Jika UE menetang kebijakan itu dan melancarkan gugatan ke WTO, Rusia justru sebaliknya.
Federasi Rusia menyampaikan dukungan bahwa Republik Indonesia memiliki hak untuk melarang ekspor bijih ore nikel.
Pihak Rusia mengaku sulit berkomentar karena ini merupakan masalah bilateral, namun Rusia siap mendukung kedaulatan Indonesia untuk melarang ekspor tersebut karena bisa menguntungkan ekonomi domestik.
“Sebagaimana yang kami pahami, pemerintah Indonesia memiliki hak penuh untuk menegakan kebijakan ekspor bijih nikel guna menunjang investasi dan menciptakan industri smelter bijih nikel, dan ini tentunya akan menguntungkan Indonesia,” terang Oleg Kopylov, Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Rusia dalam keterangannya, Kamis (19/12/2019).
Oleg meyakini kedua belah pihak pasti ingin menyelesaikan keadaan ini demi menjaga relasi dagang. Tahun lalu, volume dagang Indonesia dan Uni Eropa tercatat sebesar 26,3 miliar euro.
Rusia bukanlah bagian dari Uni Eropa, namun kedua pihak pernah berhadapan di WTO. Rusia protes karena kebijakan Uni Eropa dianggap diskriminatif pada monopoli perusahaan gas Gazprom.
Selain masalah bijih nikel, Indonesia juga akan berhadapan dengan WTO terkait minyak sawit. Indonesia mempersoalkan kebijakan ramah lingkungan Uni Eropa yang tidak menguntungkan industri sawit Indonesia.
Menurut Oleg, Rusia sudah berjanji tidak akan melakukan kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa itu. Volume dagang antara Rusia dan Indonesia tahun ini tercatat sekitar USD 3 miliar.
“Minyak sawit Indonesia memiliki beberapa masalah di Uni Eropa, dan Uni Eropa berencana mengurangi impor dari minyak sawit Indonesia, tetapi kami tidak memiliki rencana demikian,” tandas Oleg. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post