ASIATODAY.ID, MOSKOW – Rusia mengumumkan 48 negara yang dianggap tidak bersahabat. Negara-negara tersebut telah memberlakukan atau bergabung memberikan sanksi kepada Rusia setelah dimulainya invasi di Ukraina.
Dikutip dari kantor berita Rusia, TASS pada Selasa (8/3/2022), daftar negara tersebut di antaranya Amerika Serikat (AS), Kanada, dan negara bagian Uni Eropa, dan Inggris, termasuk wilayah Jersey, Anguilla, Kepulauan Virgin Britania Raya, dan Gibraltar.
Ada juga Ukraina, Montenegro, Swiss, Albania, Andorra, Islandia, Liechtenstein, Monako, Norwegia, San Marino, Makedonia Utara, dan juga Jepang.
Korea Selatan, Australia, Mikronesia, Selandia Baru, Singapura, dan Taiwan juga termasuk dalam daftar tersebut.
Daftar tersebut disusun berdasarkan Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 5 Maret 2022 Tentang Tata Cara Sementara Pemenuhan Kewajiban Beberapa Kreditur Asing.
Dari keputusan ini, pemerintah Rusia mengimbau warga negara dan perusahaan Rusia yang memiliki kewajiban membayar valuta asing kepada kreditur asing dari daftar negara tersebut, dapat membayarnya dalam mata uang Rusia, rubel.
Untuk melakukan itu, debitur dapat meminta bank Rusia untuk membuat akun rubel khusus atas nama kreditur asing dan memasukkan pembayaran dalam rubel yang setara dengan kurs Bank Sentral pada hari pembayaran.
Namun, prosedur sementara yang baru berlaku untuk pembayaran yang melebihi 10 juta rubel per bulan (atau jumlah yang sama dalam mata uang asing).
Dikutip dari The Local News, para ahli mempercayai langkah ini datang berawal dari sanksi barat terhadap Rusia. Namun, ruang lingkup dan dampak yang tepat dari dimasukkannya negara-negara itu ke dalam daftar juga tidak jelas.
Meskipun begitu, kantor berita Interfax melaporkan siapa pun di Rusia yang ingin berurusan dengan negara-negara dalam daftar hanya dapat melakukannya dengan persetujuan pemerintah.
“Semua bisnis dan transaksi perusahaan Rusia dengan warga negara dan perusahaan dari negara yang tidak bersahabat dengan Rusia sekarang disetujui oleh komisi pemerintah untuk pengawasan investasi asing,” demikian laporan itu.
Namun, dampak praktis dari ini kemungkinan akan relatif minimal. Terutama dengan perusahaan-perusahaan barat karena sudah menarik diri dari Rusia karena sanksinya.
Sementara, netralitas Swiss dipertanyakan setelah keputusan untuk bergabung dengan upaya sanksi Uni Eropa.
Sebelumnya, Swiss telah berulang kali mengatakan komitmen terhadap netralitas belum tergoyahkan. Namun pada hari Senin (7/3/2022), Presiden Swiss Ignazio Cassis menepis kekhawatirannya. Ia mengungkapkan bahwa sanksi barat adalah deklarasi perang.
“Swiss tidak berperang dengan Rusia,” kata Cassis.
Negara Pendukung Rusia
Sementara itu, setidaknya ada 5 negara yang bulat mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Mereka adalah sekutu Moskwa.
Negara pendukung Rusia tersebar di Eropa, Asia, dan Amerika Latin diantaranya; Belarus, Myanmar, Suriah, Venezuela, dan Kuba.
Sementara China, meski termasuk sekutu Rusia, China tampak berhati-hati menanggapi konflik Rusia-Ukraina dan menolak menyebutnya invasi atau mengecam tindakan Putin. (ATN)
Discussion about this post