ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia diminta untuk melindungi industri jamu lokal dari serbuan jamu asing agar tetap bisa bertahan di tengah sengitnya persaingan di era globalisasi sekarang ini. Langkah ini penting mengingat Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa terkait tanaman obat.
Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center Harjduno Wiwoho mengungkapkan hal itu saat melakukan audensi dengan Wakil Ketua DPR RI M Azis Syamsuddin.
“Negeri kita kaya dengan beragam tanaman obat, maka saya mendorong pemerintah agar mendukung industri jamu untuk terus tumbuh, termasuk memberi proteksi jamu lokal dari serbuan jamu asing,” ujar Hardjuno, sebagaimana keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Menurut Hardjuno, jamu merupakan warisan budaya bangsa yang sudah digunakan secara turun menurun. Karenanya, keberadaan industri jamu lokal ini harus dijaga agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Negara Indonesia memiliki keunggulan dengan ribuan jenis tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan dasar jamu. Ini kekayaan yang harus dijaga,” ujarnya.
Dari sisi perekonomian, jelasnya, industri jamu telah berkontribusi sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi, bahan baku yang digunakan merupakan produk dalam negeri.
Hal ini mampu membawa multiplier effect yang cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia mulai dari sektor hulu (pertanian) hingga sektor hilir.
Hal itu meliputi perindustrian dan perdagangan.
“Saya meyakini, industri jamu ini penggerak pencipta lapangan kerja dan penurun angka kemiskinan dan atas dasar kearifan lokal,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI M Azis Syamsuddin memberi apresiasi kepada HMS Center dalam menghadapi pandemi covid-19.
Lebih lanjut, Azis mengajak masyarakat agar disiplin menaati imbauan dan aturan pemerintah.
“Mengajak masyarakat untuk disiplin, menjaga kebersihan. Di samping itu juga program-program pemerintah kita dukung untuk menjaga jarak, sehingga apa yang kita lakukan ini bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post