ASIATODAY.ID, SINGAPURA – Pemerintah Singapura kini tengah berpikir serius untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Singapura diperkirakan membutuhkan lebih dari SD100 miliar (sekira Rp1.025 triliun) selama lebih dari 100 tahun untuk melindungi negaranya dari meningkatnya ketinggian air laut. Perdana Menteri Lee Hsien Loong memgungkapkan hal pada Minggu (18/8/2019).
“Berapa biaya untuk melindungi diri kita dari naiknya permukaan laut? Dugaan saya mungkin SD100 miliar selama 100 tahun, sangat mungkin lebih,” kata PM Lee sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (20/8/2019).
Lee mengatakan Singapura memiliki beberapa opsi di masa depan termasuk dengan membangun polder, area tanah yang direklamasi dari perairan, atau mereklamasi serangkaian pulau di lepas pantai dan menghubungkannya dengan bendungan.
Saat ini Singapura telah mengambil beberapa tindakan, termasuk memberlakukan pajak karbon dan mensyaratkan pembangunan infrastruktur-infrastruktur penting di masa depan, seperti terminal dan pelabuhan bandara baru yang akan dibangun, di tempat yang lebih tinggi.
Awal tahun ini, pemerintah mengatakan akan menghabiskan SD400 juta (sekira Rp4 triliun) selama dua tahun ke depan untuk meningkatkan dan memelihara saluran air negara itu dan memperkuat ketahanan banjirnya.
Pernyataan PM Lee itu disampaikan pada pidato tahunan Hari Nasional Singapura, di mana dia menjabarkan kebijakan dan prioritas pemerintah.
Hal lain yang juga disampaikan dalam pidato tersebut adalah mengenai rencana pemerintah untuk meningkatkan secara bertahap usia pensiun dari 62 tahun saat ini, menjadi 63 tahun di 2022 dan 65 tahun di 2030.
Pertumbuhan Singapura, yang memiliki usia harapan hidup terpanjang di dunia, bergantung lebih pada penduduknya yang lebih tua karena angka kelahiran turun dan tenaga kerja asing dibatasi.
“Kebanyakan manula sebenarnya tidak ingin berhenti bekerja,” katanya. “Kami sehat lebih lama dan hidup lebih lama, tetapi kami tidak ingin menghabiskan lebih banyak tahun di masa pensiun”.
“Juga banyak dari kita ingin membangun sarang telur yang lebih besar ketika kita akhirnya pensiun,” imbuhnya.
Singapura menghadapi prospek pertumbuhan yang melambat tahun ini. Negeri Singa memotong perkiraan pertumbuhan ekonomi setahun penuh pekan lalu di tengah kekhawatiran resesi sebagai dampak pukulan keras dari perang dagang China dan Amerika Serikat (AS). (AT Network)
Discussion about this post