ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng Pemerintah Jepang untuk mempermudah penerapan teknologi dalam pengelolaan Pembangkit Tenaga Listrik berbasis batubara.
Kerjasama tersebut nantinya akan mewujud melalui Pendidikan dan Pelatihan (diklat) dan penelitian-penelitian di sektor batubara.
“Jepang merupakan mitra Indonesia yang bekerja sama lebih dari 60 tahun. Jepang selama ini mendukung kebutuhan energi dan pembangunan Indonesia. Kita berharap investasi dari Jepang terus berkembang sehingga kita bisa tukar informasi tentang teknologi,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif ketika membuka seminar bertajuk Clean Coal Technology (CCT) yang diselenggarakan oleh New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dan Japan COAL (JCOAL), di Ayana Midplaza Hotel Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Menurut Arifin, pemanfaatan teknologi dapat memberikan manfaat besar dalam pengelolaan Pembangkit Tenaga Listrik berbasis batubara.
“Tantangan sekarang adalah bagaimana kita menghasilkan emisi yang rendah dari energi batubara. Kita sudah memasuki era tersebut,” jelas Arifin.
Penerapan teknologi bisa mendorong menciptakan efisiensi proses pembangkitan batubara. Misalnya, penggunaan boiler supercritical mampu menciptakan efisiensi sebesar 30 persen, sementara ultra-supercritical bisa sampai mengefisiensikan proses pembangkitan hingga 40 persen.
Khusus Advanced ultra-supercritical (A-USC) dan Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) akan diterapkan ketika teknologi tersebut sudah tersedia secara komersial.
“Ini adalah salah satu bukti kita taat atas Kesepakatan Paris dalam menciptakan lingkungan yang bersih,” tegas Arifin.
Kendati demikian, Arifin tak memungkiri ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan batubara di Indonesia.
“Progres industri ini banyak mengalami tekanan sehubungan dengan isu lingkungan selain emisi rendah. Kemudahan dengan investasi menjadi salah satu yang bisa menyebabkan kelambatan. Di sisi lain, batubara di Indonesia masih sangat diperlukan dalam menggerakan ekonomi,” paparnya.
Arifin menjelaskan, salah satu dasar pertimbangan sehingga Indonesia masih mengandalkan batubara adalah keterjangkauan harga dan kemudahan memperoleh sumbernya. Hal ini akan menunjang kemudahan industri.
“Kenapa batubara? karena energi yang dihasilkan lebih murah, bisa kompetitif dan bisa dihasilkan dalam jumlah yang masif. Faktor kompetitif inilah yang akan mendorong ekonomi Indonesia ke depan. Industri akan sangat terbantu dengan ketersediaan energi yang ada,” tandas Arifin. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post