ASIATODAY.ID, NEW YORK – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meyakini bahwa China akan segera menyerang Taiwan, setelah Rusia menginvasi Ukraina.
“China akan menjadi yang selanjutnya,” kata Trump dalam sebuah wawancara dengan program radio ‘The Clay Travis and Buck Sexton Show’.
Trump lantas menyalahkan pemerintahan Biden yang dianggapnya lemah.
“Invasi tidak akan pernah terjadi apabila dirinya menjabat sebagai presiden,” tegas Trump.
Di samping itu, Trump memuji Presiden Rusia Vladimir Putin dengan menyebutnya sebagai seorang “jenius” karena berhasil mengerahkan pasukan ke Ukraina dengan kedok “garda perdamaian”.
“Dia adalah pria yang sangat cerdas,” kata Trump mengenai Putin, dilansir dari Yahoo News, Jumat (25/2/2022).
Kedua penyiar radio juga mengejek cuitan Presiden Joe Biden dua tahun lalu yang berbunyi, “Saya satu-satunya orang di bidang ini yang pernah berhadapan langsung dengan (Putin).”
Mereka mengklaim invasi Rusia juga terjadi saat pemerintahan Obama, menyiratkan bahwa baik Biden maupun Obama lemah dalam hal kebijakan luar negeri.
Ketika menjabat sebagai presiden, Trump terlibat dalam beberapa urusan Taiwan, terutama dalam hal ekspansi militer.
Trump melakukan sejumlah upaya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Taiwan, termasuk menerima telepon ucapan selamat dari presiden Taiwan atas kemenangannya, dan transaksi senjata miliaran dolar dengan militer Taiwan.
Di bawah pemerintahannya, kantor perwakilan baru senilai USD255 juta (sekitar Rp3,6 triliun) dibuka di Taipei. Bersamaan dengan itu, Trump mengimplementasikan sikap agresif terhadap perdagangan China dengan memberlakukan tarif.
China dan Taiwan memiliki pemerintahan terpisah sejak 1949, ketika komunis mengambil alih China dalam perang saudara. Hingga kini, Taiwan terus menyatakan kemerdekaannya, namun Beijing masih mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dengan status “satu negara, dua sistem”.
Menanggapi perbandingan yang dilakukan masyarakat internasional antara krisis Rusia-Ukraina dan situasi China-Taiwan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying kembali menegaskan sentimen “Satu China”.
“Taiwan memang bukan Ukraina,” kata Hua. Ia mengatakan Taiwan akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari China.
“Ini adalah fakta sejarah dan hukum yang tak bisa dibantah,” lanjut Hua. (ATN)
Discussion about this post