ASIATODAY.ID, JAKARTA – Wilayah pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) menghadapi persoalan serius, utamanya dalam aspek ekologi. Bahkan kawasan tersebut dikhawatirkan akan tenggelam lebih cepat.
Peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi Pengindraan Jauh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rokhis Khomarudin mendengungkan, sejumlah wilayah yang berada di kawasan Pantura terancam tenggelam dalam 10 tahun mendatang. Gambaran ini terekam dari citra satelit.
Menurut Rokhis banyak faktor yang menyebabkan wilayah di Pantura akan tenggelam, salah satunya faktor penurunan muka tanah atau land subsidence yang dipicu pemanfaatan lahan di Pantura untuk perumahan dan industri.
“Eksploitasi dan pemanfaatan lahan di Pantura sangat cepat, karena di daerah Pantura ini kita tahu terdapat kota-kota besar seperti Tangerang, DKI Jakarta, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang dan Surabaya. Banyak eksploitasi pemanfaatan lahan yang sangat cepat, perubahan penutup lahannya juga sangat cepat, seperti pemukiman, mangrove dan garis pantainya juga berubah,” paparnya, Kamis (16/9/2021).
Terkait dampak perubahan iklim, Rokhis memandang hal itu memiliki peran yang kecil dalam mendorong terendamnya wilayah Pantura. Faktor utama justru penurunan muka tanah imbas eksploitasi lahan di atasnya.
“Perubahan iklim global tidak begitu berpengaruh. Hasil riset yang sudah kami lakukan memang pengaruh utama yang terjadi di Pantura Jawa, yakni Jakarta, Semarang, Pekalongan, Surabaya ini lebih ke land subsidence dan perubahan penutup lahan di daerah tersebut,” katanya.
Dominasi tanah aluvial yang cenderung lunak kata Rokhis juga memperparah hal tersebut. Pada citra satelit yang ditunjukkan Rokhis, dijelaskan terdapat penurunan muka tanah di sepanjang wilayah Pantura.
Penurunan paling tajam terekam terjadi di wilayah Pantai Pekalongan, Jawa Tengah yang mencapai 2,1-11 sentimeter (cm) per tahun.
Adapun daftar lengkap penurunan muka tanah yang dianalisis lewat citra satelit diantaranya ; DKI Jakarta 0-8 cm per tahun, Bandung 0,1-4 cm per tahun, Cirebon 0,25-4 cm per tahun, Pekalongan 2,1-11 cm per tahun, Semarang 0,9-6 cm per tahun dan Surabaya 0,3-4,3 cm per tahun.
Dari citra satelit tampak telah terjadi pertumbuhan pemukiman yang cukup masif di wilayah dekat pantai Pekalongan. Hal itu yang dianggap Rokhis mendorong tingginya laju penurunan muka tanah di wilayah tersebut.
“Fenomena ini jika tak sigap ditangani oleh pemerintah bukan tidak mungkin mempercepat terendamnya wilayah pesisir pantai di kota-kota tersebut,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post