ASIATODAY.ID, BALI – Keberadaan World Heritage di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali memberi inspirasi tersendiri bagi para Delegasi Agriculture Ministers Meeting (AMM) G20.
Pasalnya, para delegasi AMM G20 yang mengunjungi daerah itu sangat menganggumi penerapan pertanian berkelanjutan sebagai aksi nyata menghadapi tantangan perubahan iklim ekstrim.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, Kasdi Subagyono mengatakan Desa Jatiluwih merupakan salah satu daerah yang memiliki sawah terasering terbesar dan penghasil beras berkualitas tinggi.
Desa ini dengan rice terrace atau subak yang dimilikinya telah dinobatkan sebagai objek agrowisata kelas dunia dan diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
“Kita semua datang di Subak Jatiluwih bersama delegasi Agriculture Ministers Meeting untuk memperkenalkan desa ini. Para delegasi sangat terinspirasi apalagi desa ini adalah heritage dari UNESCO sejak tahun 2012,” kata Kasdi yang mewakili Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada kegiatan field trip tersebut, Kamis (29/9/2022).
Lahan pertanian di Desa Jatiluwih menerapkan sistem pertanian berbasis budaya yang ramah lingkungan dan menerapkan pertanian dengan mengantisipasi perubahan iklim dengan sistem irigasi yang baik sehingga ketersediaan air selalu terjaga. Tempat tersebut merupakan lahan yang sudah dimodifikasi dari plotting area, lahan yang kemiringan diubah menjadi teras.
“Dan lebih penting lagi terasnya digunakan untuk budidaya padi. Kalau biasanya di daerah Jawa atau di manapun yang dominan adalah lahan kering,” jelasnya.
Selain itu, Desa Jatiluwih juga memiliki kelompok tani yang sangat spesifik yakni tidak hanya berdasarkan kelembagaan kelompok tani, namun juga menerapkan adat istiadat di dalam mengelola sumber daya alam salah satunya air.
Pada beberapa kesempatan, FAO menyampaikan bahwa Desa Jatiluwih bisa menjadi contoh bagi provinsi lain, bahkan negara lain.
“FAO di beberapa kesempatan sudah memberikan statement kepada Indonesia bahwa pertama pertanian Indonesia adalah menjadi best pratice bagi negara lain, secara global. FAO pun mengapresiasi capaian pertanian Indonesia karena dimasa pandemi mampu memberikan capaiannya luar biasa,” ujarnya.
Dalam kunjungan ini, para delegasi melihat langsung rice terrace yang telah menerapkan pengairan teratur yang diselenggarakan oleh masyarakat adat Bali. Delegasi juga turut menyaksikan peragaan menumbuk padi, yang dilakukan dengan cara khas sesuai tradisi petani setempat.
Pertemuan AMM G20 berlangsung di Bali dan dihadiri secara fisik dan virtual oleh 188 delegasi asing (168 hadir fisik), yang merupakan perwakilan seluruh anggota G20, tujuh negara undangan, serta delapan organisasi internasional. (ATN)
Discussion about this post