ASIATODAY.ID, BRISBANE – Maskapai Virgin Australia terpaksa ke perusahaan Bain Capital yang berbasis di Boston, Amerika Serikat (AS) sebelum bangkrut. Penjualan dilakukan setelah maskapai melakukan PHK pada 3.000 karyawan dan menghapus sejumlah rute penerbangan.
Melansir Associated Press, Minggu (6/9/2020), Virgin Australia mengatakan kesepakatan dengan Bain, senilai USD2,5 miliar atau sekitar Rp 36,8 triliun akan membuat kreditor tanpa jaminan dibayar antara 9-13 sen dolar untuk klaim mereka.
Kreditor Virgin Australia sendiri memiliki total utang sekitar AUD 7 miliar atau sekitar Rp75 triliun.
Karena sedang terjadi pandemi Covid-19, rapat bersama kreditor itu digelar secara online. Namun sebelumnya administrator telah menandatangani perjanjian mengikat dengan Bain Capital.
Direktur Eksekutif Virgin Australia Group, Paul Scurrah mengatakan penjualan ini dilakukan lebih awal untuk menghindari kebangkrutan dan mereka dapat fokus untuk mengambil langkah untuk masa depan, termasuk melanjutkan kompetisi dengan Qantas Airways.
Keputusan untuk menjual maskapai akhirnya diambil setelah pemerintah Australia menolak memberikan pinjaman sebesar AUD 1,4 miliar atau sekitar Rp15 triliun.
“Ini penting untuk Australia memiliki dua maskapai penerbangan besar untuk pilihan konsumen, harga tiket pesawat, dan untuk membantu mendukung pemulihan sektor pariwisata Australia yang kuat setelah krisis ini berakhir,” kata Scurrah dalam sebuah pernyataan.
Selain itu langkah ini juga dianggap dapat memberikan kepastian kepada karyawan dan memberikan peluang bagi pemodal untuk melanjutkan bisnis.
Sementara itu, sebelumnya Scurrah mengatakan maskapainya akan mengurangi tenaga kerja menjadi 6.000 orang dan menghentikan rute jarak jauh dari Australia ke Los Angeles dan Tokyo.
Maskapai yang berbasis di Brisbane itu juga berencana melepas pesawat Boeing 777 dan Airbus A330. Mereka akan menggunakan Boeing 737 dan beberapa pesawat kecil untuk penerbangan regional dan charter. Selain itu, anak perusahaannya yaitu maskapai Tiger Air akan berhenti dioperasikan.
Sebagai referensi, pemegang saham terbesar Virgin Australia adalah Singapore Airlines dan Etihad Airways, bersama dengan konglomerat dari China Nanshan Group dan HNA Group. Kemudian Branson juga memegang 10 persen saham Virgin Australia. (ATN)
Discussion about this post