ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan cadangan batu bara Indonesia mencapai 37 miliar ton.
Cadangan tersebut diperkirakan akan bertahan hingga 62 tahun jika terus ditambang.
“Itu yang sudah menjadi cadangan dan bisa ditambang,” jelas Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Sujatmiko di forum rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Gedung Parlemen, Kamis (27/8/2020).
Menurut Sujatmiko, untuk sumber daya batu bara diperkirakan mencapai 147 miliar.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Minerba Ridwan Djamaluddin mengatakan dalam lima tahun ke depan, produksi batu bara ditargetkan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan.
Pada 2020, produksi ditargetkan sebesar 550 juta ton yang diperuntukkan untuk ekspor 395 ton dan domestik 155 ton. Pada 2021, produksi diperkirakan sebesar 609 juta ton untuk ekspor 441 juta dan domestik 168 juta.
Pada 2022 sebesar 618 juta ton, untuk ekspor 441 juta dan domestik 177 juta. Pada 2023 sebesar 625 juta ton untuk ekspor 441 juta dan domestik 184 juta. Lalu pada 2024 sebesar 628 juta ton untuk ekspor 441 juta dan domestik 187 juta.
Dari data tersebut terlihat bahwa kebutuhan batu bara di dalam negeri makin meningkat. Pada 2020, kebutuhan batu bara domestik diperkirakan sebesar 155 juta ton.
Jumlah tersebut diperuntukkan bagi PT PLN (Persero) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 109 juta ton, industri pengolahan dan pemurnian (smelter) 16,52 juta ton, pupuk 1,73 juta ton, semen 14,54 juta ton, tekstil 6,54 juta ton, dan kertas 6,64 juta ton.
Kemudian di 2021 diperkirakan naik menjadi 168,13 juta ton dengan peruntukkan ke PLN sebesar 121 juta ton, smelter 16,72 juta ton, pupuk 1,73 juta ton, semen 15,02 juta ton, tekstil 6,54 juta ton, dan kertas 7,11 juta ton.
Pada 2022 menjadi 177,02 juta ton dengan peruntukkan ke PLN sebesar 129 juta ton, smelter 16,63 juta ton, pupuk 1,73 juta ton, semen 15,49 juta ton, tekstil 6,54 juta ton dan kertas 7,61 juta ton.
Lalu di 2023 sebesar 184,08 juta ton dengan peruntukkan ke PLN sebesar 135 juta ton, smelter 16,66 juta ton, pupuk 1,73 juta ton, semen 15,99 juta ton, tekstil 6,54 juta ton dan kertas 8,14 juta ton.
Serta di 2024 diperkirakan mencapai 187,38 juta ton dengan peruntukkan ke PLN sebesar 137 juta ton, smelter 16,73 juta ton, pupuk 1,73 juta ton, semen 16,65 juta ton, tekstil 6,54 juta ton dan kertas 8,71 juta ton.
“Kebutuhan batu bara PLN dihitung berdasarkan dokumen RUPTL PLN 2019-2028, kemudian kebutuhan batu bara industri lainnya dihitung berdasarkan hasil rekonsiliasai dan konsultasi dengan asosiasi perusahaan-perusahaan terkait,” jelas Ridwan. (ATN)
Discussion about this post