ASIATODAY.ID, TIMIKA – Chairman of the Board and CEO Freeport, McMoRan (FCX) Richard C. Adkerson berkomitmen untuk melibatkan karyawan dari masyarakat asli Papua untuk bekerja di PT Freeport Indonesia (PTFI).
Saat ini, sebagian besar karyawan PTFI telah didominasi oleh orang Papua asli sejak 1996.
“Perusahaan berkomitmen untuk menggandakan jumlah karyawan asli Papua yang belakangan juga mengisi sejumlah posisi manajemen strategis di PTFI,” ujarnya di Papua, Jumat (7/10/2022).
Sebagai referensi, Freeport Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
Berdasarkan catatan PTFI per Juni 2022, jumlah karyawan perusahaan berada di posisi 6.001 orang. Adapun 41,36 persen atau 2.482 orang dari keseluruhan karyawan itu adalah asli Papua.
Sementara, orang Non-Papua tercatat sebanyak 3.368 orang atau 56,12 persen dari keseluruhan jumlah karyawan tersebut. Sisanya, karyawan asing berjumlah 151 orang atau 2,52 persen dari keseluruhan gerai yang tersedia.
“Angka itu terus mengalami peningkatan sejak kebijakan 1996 yang saya sahkan saat itu di mana orang-orang Papua mendapatkan keuntungan datang sebagai orang Papua di Freeport, kami membuat komitmen tersebut,” imbuhnya.
Menurutnya, nilai tambah kegiatan penambangan Freeport belakangan juga mengalami peningkatan signifikan bagi kesejahteraan masyarakat lokal dan adat di sekitaran wilayah operasi.
“Nilai tambah yang semakin besar apabila kita bisa memperluas operasi terkait dengan lapangan kerja, pendapatan untuk masyarakat lokal, pemerintah dan investor kita harus ingat betapa nilai tambah yang besar berasal dari proses penambangan dan hilirisasi ini,” kata dia.
Malahan, PTFI telah mengalokasikan investasi sosial hingga 2041 sebesar US$100 juta atau setara dengan Rp1,52 triliun, kurs Rp15.202 sebagai komitmen keberlanjutan perseroan.
Adapun, investasi sosial PTFI sepanjang 1992 hingga 2021 telah menembus di angka US$1,9 miliar atau setara dengan Rp28,88 trilun. Di sisi lain, PTFI mengalokasikan investasi tambahan mencapai US$18,6 miliar atau setara dengan Rp283,76 triliun terkait dengan pengembangan tambang dan hilirisasi tembaga milik perseroan untuk periode 2021 hingga 2041 mendatang.
Investasi yang relatif besar itu dilakukan setelah perhitungan cadangan bijih milik perseroan diproyeksikan masih dapat ditambang hingga 2052 mendatang. Malahan, kapasitas sumber daya bijih potensial untuk dikembangkan berdasarkan perkiraan PTFI berada di kisaran 3 miliar ton.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan kontribusi penambangan di Tambang Grasberg, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua bagi masyarakat lokal sepanjang 1991 hingga 2021 sudah mencapai US$2 miliar atau setara dengan Rp30,36 triliun, kurs Rp15.180.
Tony menambahkan kontribusi itu akan tetap berlanjut dengan hitung hitungan US$100 juta atau Rp1,51 triliun setiap tahunnya hingga izin usaha pertambangan khusus (IUPK) berakhir pada 2041 mendatang.
“Kontribusi untuk masyarakat lokal itu dalam bentuk kesehatan, pendidikan, ekonomi kerakyatan, infrastruktur dan sebagainya ini kontribusi riil ya,” kata Tony selepas acara Orasi Ilmiah PTFI di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (5/10/2022).
Tony mencontohkan, dua suku utama dari lima suku kerabat yang berdomisili di Kabupaten Mimika akan mendapat fasilitas kesehatan gratis untuk pengobatan ringan hingga operasi besar.
“Kebijakan itu sudah diberikan sejak 20 tahun lalu,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post