Oleh : Darynaufal Mulyaman[1]-Achmad Ismail[2]
Pandemi COVID-19 yang merebak mulai akhir tahun lalu sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah dan negara di seluruh dunia. Seluruh sektor kehidupan seperti lumpuh akibat dari pandemi ini. Pandemi ini pula mengakibatkan banyak kehilangan dan kerugian, ekonomi maupun nyawa seseorang. Hingga saat ini pandemi masih terjadi dan menjangkiti banyak orang. Kemudian, Cina dianggap sebagai tempat pertama virus ini menyebar sebagaimana yang banyak diberitakan oleh media bahwa virus ini pertama kali menggegerkan kota Wuhan, Cina, bahkan pemberlakuan karantina wilayah karena kasus positif virus COVID-19 masih sering terjadi.
Pada saat ini, Amerika Serikat menempati posisi pertama pada urutan kasus positif COVID-19 terbanyak, menggeser Cina. Seperti tidak jauh beda dengan Amerika Serikat dan Cina, Indonesia juga memiliki banyak kasus positif COVID-19 yang masih selalu meningkat setiap harinya. Kasus COVID-19 di Indonesia pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2020. Hingga bulan Juli 2020 saja misalnya, sudah terdapat lebih dari 70.000 kasus positif COVID-19 di Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah melakukan banyak kebijakan seperti Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menangani kasus positif COVID-19 tetapi seperti masih belum ada efek yang nyata. Tidak hanya pemerintah, sektor swasta pun bergeliat membantu pemerintah untuk menangani kasus positif COVID-19 yang selalu meningkat di tengah ancaman resesi ekonomi dan krisis kesehatan di Indonesia.
Di tengah pandemi yang masih terjadi, sektor bisnis nasional dan asing di Indonesia membantu pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 dengan memberikan bantuan maupun donasi dalam kerangka Corporate Social Responsibility (CSR) untuk masyarakat yang terdampak COVID-19. Perusahaan nasional, negara dan swasta, lalu perusahaan multinasional, nasional dan swasta, memberikan bantuan yang beragam. Bantuan finansial, obat-obatan, alat kesehatan, hingga tes masal digelar untuk membantu pemerintah menghadapi COVID-19 di Indonesia yang seperti sudah sampai titik nadir dalam menangani virus ini.
Perusahaan nasional milik negara lewat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberikan bantuan berupa alat kesehatan dan obat Avigan untuk membantu pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Jawa Timur dalam menangani virus COVID-19. Lalu, perusahaan nasional swasta seperti Wings Group, memberikan bantuan bantuan senilai Rp25 miliar kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk memberikan bantuan kepada tenaga medis yang ada di Jakarta. Kemudian, perusahaan multinasional asal Indonesia seperti Astra Internasional dan Indofood juga turut membantu pemerintah lewat bantuan atau donasi kepada pemerintah terkait wabah COVID-19. Astra Internasional memberikan bantuan berupa perlengkapan medis untuk Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Indofood juga memberikan bantuan yang sama kepada pihak RSCM sebagai rumah sakit pemerintah utama dan rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19.
Tidak hanya sederet perusahaan nasional, perusahaan multinasional asing pun turut membantu pemerintah Indonesia melalui bantuan dan donasi untuk membantu penanganan wabah COVID-19 di Indonesia. Perusahaan multinasional asing asal Korea misalnya, salah satu pihak yang sangat giat memberikan bantuan dan donasi untuk pemerintah Indonesia dalam pandemi COVID-19 ini. PT Korea Tommorow & Global (PT. KT&G) menyumbangkan alat rapid test senilai Rp1.2 Milliar. Kemudian, Korea Aerospace Industries (KAI) dan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co. menyumbang 10.000 alat rapid test melalui Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Selanjutnya, LG Group yang memberikan bantuan 50.000 COVID-19 diagnostic kit (tipe RT-PCR). Lalu, Hyundai Motor menyumbang 40.000 Alat Pelindung Diri (APD) serta menjamin keberlangsungan investasi mobil listrik di Indonesia di tengah pandemi COVID-19 senilai US$1.55 Milliar.
Tidak hanya CSR dalam bentuk bantuan atau donasi, perusahaan bioteknologi, Genexine Korea bahkan melakukan kerjasama dengan Kalbe Farma untuk melakukan uji coba vaksin COVID-19 terhadap manusia. Kalbe Farma dari Indonesia dan Genexine dari Korea Selatan telah menyepakati untuk mengadakan uji coba manusia untuk vaksin GX-19 yang dikembangkan oleh South Korean drugmaker Binex, the International Vaccine Institute (IVI), Daegu-based biotech firm GenNBio, the Korea Advanced Institute of Science & Technology (KAIST) and Pohang University of Science & Technology (POSTECH). Sederet fakta terkait CSR perusahaan nasional, khsusnya perusahaan multinasional asing, seperti asal Korea Selatan ini, seolah menyiratkan bahwa pemerintah Indonesia benar-benar kewalahan dalam menangani wabah COVID-19.
Lantas, akankah CSR perusahaan multinasional asing menjadi solusi penanganan COVID-19 di Indonesia? Secara realita, hingga saat ini Indonesia masih bergantung terhadap bantuan perusahaan multinasional baik secara finansial, alat kesehatan hingga teknologi di bidang kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, bantuan-bantuan tersebut sangat membantu Indonesia dalam menangani pandemi COVID-19. Bantuan finansial menjadi salah satu solusi yang tepat bila melihat anggaran penanganan COVID-19 di Indonesia sebesar Rp. 695 Trilliun yang telah dianggarkan oleh Kemenkeu, terlihat bahwa anggaran ini cukup besar. Namun angka ini akan terus membengkak manakala berakhirnya pandemi COVID-19 masih menjadi hal yang sulit diprediksi. Dengan demikian, bantuan finansial dari perusahaan multinasional cukup penting setidaknya meringankan beban anggaran tersebut.
Bantuan lainnya berupa alat kesehatan yang cukup penting bagi Indonesia. Beberapa bulan lalu, beberapa negara di dunia termasuk Indonesia dilanda kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) sekalipun tersedia dengan harga tinggi. Tidak hanya itu, Indonesia kekurangan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR), dimana alat tes ini menjadi patokan utama untuk menentukan seseorang dinyatakan positif atau negatif COVID-19. Indonesia menyiasati kekurangan tersebut dengan memfokuskan pada tes rapid, sementara tes ini kurang akurat untuk menentukan seseorang positif atau tidak. Sekalipun ada teknologi yang terkandung dalam alat tes tersebut tidak cukup baik karena membutuhkan waktu yang lama dalam menentukan hasil tes PCR belum lagi kekurangan laboratorium untuk mengetahui hasilnya.
Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan pasalnya Indonesia dengan kondisi geografis yang luas, penduduk yang banyak maka proses tracing dengan alat PCR secara cepat menjadi cara penting untuk mengetahui dan mengambil langkah lanjutan terhadap daerah yang cukup banyak kasus positifnya. Oleh karenanya, bantuan perusahaan multinasional baik dalam bentuk finansial, alat kesehatan serta teknologi tersebut menjadi penting untuk proses tracing disamping Indonesia belum mampu untuk memproduksi alat tes dengan teknologi serupa.
Bentuk lainnya yaitu bantuan kerjasama dalam pengembangan sekaligus uji coba vaksin COVID-19 terhadap manusia antara Indonesia dengan beberapa perusahaan obat-obatan dari Korea Selatan (Genexine) maupun China (Sinovac). Bantuan ini juga cukup penting bagi Indonesia dalam upaya menemukan vaksin COVID-19, dimana Indonesia saat ini belum memiliki teknologi dalam hal pengembangan vaksin COVID-19. Nampaknya bantuan-bantuan dari perusahaan multinasional di atas, telah disambut baik oleh Indonesia. Sebagaimana sikap pemerintah pusat saat ini yang terus membuka pintu secara lebar untuk bantu penanganan COVID-19. Tidak hanya itu, Presiden Joko Widodo selain menyambut baik bantuan penanganan COVID-19 dari perusahaan multinasional juga menginginkan Indonesia meniru jejak salah satunya Korea Selatan dalam melakukan proses tracing. Sebagai informasi tambahan Korea Selatan telah menggunakan teknologi informasi yaitu aplikasi GPS. Dengan demikian, seseorang yang diduga positif COVID-19 akan terlacak keberadaannya melalui sistem aplikasi yang dipegang oleh tenaga medis yang berdampak pada penekanan penyebaran COVID-19. Pada level daerah, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengajak turut serta perusahaan multinasional untuk membantu semua orang yang membutuhkan dengan program kolaborasi sosial bersama dengan harapan tidak ada masalah sosial di masyarakat.
Maka dari itu, bantuan-bantuan CSR yang diberikan oleh perusahaan multinasional asing menjadi krusial bagi penanganan COVID-19 di Indonesia. Pasalnya, Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar maka perlu langkah cepat dan tepat. Ketika Indonesia kekurangan secara finansial, alat kesehatan berserta teknologinya maka bantuan CSR tersebutlah yang diharapkan untuk menutupi kekurangan tersebut. Kondisi demikian menyiratkan bahwa bahwa Indonesia belum cukup siap secara teknologi maupun ketersediaan alat kesehatan, sehingga bantuan CSR perusahaan multinasional sebagai solusi untuk menutupinya. (**)
[1] Dosen Muda Dept. Hubungan Internasional-FISIPOL UKI/[email protected]
[2] Peneliti di Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP)/[email protected]
Discussion about this post