ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ratusan kapal terjebak di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya akibat gelombang tinggi dan cuaca ekstrem di Laut Jawa.
“Di Laut Jawa ini ada 111 kapal sedang bersandar di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak. Ini bentuk dari respons dari para nahkoda untuk tidak memaksakan berlayar, sehingga mereka memilih untuk berlabuh di pelabuhan dan berlindung di pulau-pulau yang bisa mengamankan mereka,” kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo pada konferensi pers daring terkait “Updating Informasi Perkembang Cuaca di Sejumlah Wilayah Indonesia pada Periode Pergantian Tahun Baru”, Kamis (29/12/2022).
Menurut Eko, dalam situasi seperti ini, informasi dari radar maritim sangat penting untuk bisa melihat informasi real time terhadap kebutuhan penyeberangan yang membutuhkan waktu tempuh singkat.
Dengan begitu, para nakhoda bisa melihat peluang apakah kapalnya akan mampu dengan kecepatan arus yang sedang berlangsung saat ini.
Informasi radar maritim itu bisa dilihat di seluruh penyeberangan di Indonesia. Khususnya, di Selat Sunda, Selat Bali, Selat Lombok, daerah wisata di Labuan Bajo dan Selat Sunda bagian selatan.
Sebagaimana diketahui, BMKG telah mengeluarkan peringatan gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia berlaku dari 28 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan gelombang tinggi mencapai 4-6 meter berpotensi terjadi di Laut Natuna Utara, perairan Pulau Natuna, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Laut Jawa bagian timur, perairan utara Kepulauan Sapudi hingga Kepulauan Kangean, Laut Sumbawa, perairan selatan Pulau Sumba, Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan NTT, perairan utara Flores, Laut Flores dan Laut Arafuru.
Selain gelombang 4-6 meter, Dwikorita menambahkan, terjadi juga gelombang lebih rendah yakni yakni 2,5 meter diberbagai perairan. Menurut Dwikorita, potensi gelombang tersebut hampir merata di seluruh perairan Indonesia.
Masyarakat dihimbau untuk memonitor perkembangan cuaca termasuk potensi gelombang melalui aplikasi Info BMKG.
“Di sana ada fitur informasi terkait gelombang tinggi dan bisa memonitor secara mandiri untuk merencanakan kegiatan,” ucapnya.
Selain aplikasi Info BMKG, Dwikorita menambahkan, masyarakat bisa mengunjungi website BMKG. Dengan begitu, masyarakat bisa mengetahui informasi dan dinamika perkembangan cuaca di Indonesia.
Pasalnya, perkembangan cuaca di Indonesia sangat dinamis karena dipengaruhi oleh dua samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Hindia serta Benua Asia dan Australia. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post