ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan minyak yang berbasis di Amerika Serikat (AS), ExxonMobil, akan memangkas 1.900 pekerjanya di dalam dan di luar AS pada tahun ini.
Manajemen Exxon mengungkapkan, pemangkasan pekerja ini dilakukan melalui beberapa cara. Ada yang diputus langsung oleh perusahaan dan ada juga yang sukarela dari pekerja. Rencananya, pemangkasan pekerja paling banyak dilakukan dari kantor pusat mereka di Houston, Texas, AS.
Keputusan diambil sebagai dampak dari jatuhnya harga minyak mentah di pasar internasional sejak pandemi global Covid-19 merebak.
Exxon menyebut keputusan memangkas pekerja tersebut adalah kesepakatan manajemen dan juga sebagai bentuk efisiensi untuk memangkas beban biaya yang selama ini telah direncanakan, namun dipercepat karena tekanan dampak pandemi.
“Tindakan ini akan meningkatkan daya saing biaya jangka panjang perusahaan dan memastikan perusahaan mengelola melalui kondisi pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya,” demikian pernyataan resmi Exxon, dikutip dari CNN Business, Jumat (30/10/2020).
Rencana besarnya, Exxon ingin mengurangi lebih dari 14 ribu pekerja pada akhir 2022. Jumlah itu setara 15 persen dari total pekerja Exxon yang mencapai 88 ribu pekerja pada 2019.
Sebelumnya, perusahaan minyak itu juga sudah mengumumkan pemangkasan 1.600 pekerja di Eropa dan program pemberhentian sukarela di Australia. Exxon mengklaim kebijakan ini tidak akan menghapus pesangon yang menjadi hak pekerja.
“Perusahaan menyadari keputusan ini akan berdampak pada karyawan dan keluarga mereka, dan telah menerapkan program ini hanya setelah evaluasi komprehensif dan pertimbangan yang matang,” demikian pernyataan Exxon.
Sebagai informasi, pengumuman pemangkasan pekerja dari Exxon ini disampaikan ketika harga minyak kembali jatuh ke kisaran USD35 per barel atau menyentuh titik rendah dalam empat bulan terakhir. Jatuhnya harga minyak mentah disebut turut menghancurkan harga saham Exxon.
Valuasi Exxon pun turun ke kisaran USD136 miliar atau hanya sedikit lebih tinggi dari aplikasi webinar Zoom yang kini senilai USD140 miliar. Valuasi Zoom sendiri baru terdongkrak saat ini ketika pandemi corona.
Bahkan, Exxon kini sudah terhapus dari Indeks Dow Jones Industrial Average sejak Agustus 2020. Untuk diketahui, perusahaan yang bermarkas pusat di Texas, Amerika Serikat itu sempat melantai di bursa selama hampir satu abad.
Lebih lanjut, hitung-hitungan perusahaan memperkirakan Exxon telah kehilangan potensi nilai pasar sekitar USD310 miliar, setelah berhasil meraup USD446 miliar pada pertengahan 2014. Di sisi lain, perusahaan juga tertekan pada masa depan industri migas, di mana energi bersih mulai lebih diprioritaskan oleh masyarakat ketimbang fosil.
Sebelumnya, kebijakan PHK juga pernah diumumkan perusahaan minyak internasional lainnya, Chevron Corporation. Kabarnya, sesama produsen minyak AS itu akan melakukan PHK ke 600 pekerja atau setara seperempat pekerja mereka di Noble Energy, perusahaan minyak dan gas yang baru-baru ini diakuisisi senilai USD13 miliar. (ATN)
Discussion about this post