ASIATODAY.ID, JAKARTA – Gelombang Investor global mulai mengincar investasi mobil listrik di Indonesia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Bahlil Lahadalia memastikan bahwa investasi mobil listrik di Indonesia tidak hanya berasal dari Korea Selatan saja, namun ada tujuh negara lain yang menyatakan minat investasi kendaraan listrik di Indonesia.
“Ada sekitar enam atau tujuh negara yang akan masuk ke Indonesia. Karena itu, Indonesia akan kita jadikan sebagai negara pusat produsen baterai mobil listrik dunia,” terang Bahlil, Jumat (17/9/2021).
Konsorsium Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution sudah mulai membangun pabrik baterai mobil listrik. Selain itu, ada investasi yang sudah mencapai tahap perjanjian bisnis pengembangan EV battery yaitu produsen baterai kendaraan listrik asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL).
Bahlil menegaskan bahwa, pemerintah tidak ingin memberi ruang hanya kepada satu negara saja untuk industri mobil listrik ini. Setelah Korea Selatan dan China, ada negara Eropa yang juga tengah dalam tahap penjajakan rencana investasi mobil listrik.
“Kalau sudah MoU baru diumumkan atau minimal sudah diyakini benar masuk baru kita umumkan. Jadi Eropa pun akan masuk. China pun sudah. Kemudian ada salah satu negara lagi di Asia Tenggara yang ini masuk Indonesia, mungkin Oktober saya teken MoU-nya, baru saya umumkan,” urainya.
Melalui kerja sama dengan banyak negara, Bahlil optimis Indonesia akan menjadi negara pusat produsen baterai mobil dunia. Dengan hampir 26 persen bahan baku nikel yang dikuasai oleh Indonesia, Bahlil membayangkan Indonesia seharusnya menjadi negara besar untuk produksi mobil listrik ini.
Hyundai Mulai Produksi Mobil Listrik Mei 2022
Pada kesempatan itu, Bahlil mengungkapkan bahwa produsen kendaraan asal Korea Selatan Hyundai akan mulai memproduksi mobil listrik pada Mei 2022. Apalagi konsorsium Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution ini sudah melakukan groundbreaking pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik.
Rencana produksi mobil listrik sudah dicanangkan sejak 2019 lalu. Setelah itu, pemerintah menandatangani kerjasama dengan Hyundai untuk membangun pabrik mobil yang sudah dilakukan sejak 2020 dan sudah 100 persen produksi untuk mobil konvensionalnya.
“Kemudian mobil listrik pada 2022 pada Mei. Ini bukan baru akan, jadi jangan persepsi. Pada 2022, Mei itu sudah produksi mobil listrik buatan Hyundai,” jelasnya.
Konsorsium Hyundai terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution yang bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) selaku holding dari empat BUMN, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID, dan Antam.
Sementara untuk fasilitas sel baterai yang baru groundbreaking ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai. Secara keseluruhan investasi proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai USD9,8 miliar.
Ia menambahkan, pemerintah akan membangun produksi mobil listrik ini mulai dari hulu sampai ke hilirnya. Setelah membangun pabrik mobil dan memproduksi baterai listriknya, pemerintah juga mendorong pembangunan prekursor ketot dan smelter untuk hilirisasi produk nikel yang melimpah di dalam negeri.
“Ini kita lakukan karena kita sadari negara-negara tetangga kita itu tidak ingin Indonesia menjadi salah satu negara produsen baterai di dunia. Mereka ingin bahan baku dari kita, mereka mau bangun di negara mereka supaya made ini negara A, made in negara B,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post