ASIATODAY.ID, JAKARTA – Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) sepakat bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia untuk meningkatkan produktivitas udang nasional melalui Infrastructure Improvement for Shrimp Aquaculture Project (IISAP).
Proyek ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas udang nasional sehingga memiliki daya saing di pasar global.
Dalam proyek ini, ADB akan mengucurkan pinjaman senilai Rp1,348 triliun dalam jangka waktu hingga Desember 2027.
“Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono selalu mengingatkan seluruh jajaran di Kementerian Kelautan dan Perikanan agar pinjaman luar negeri seperti dari ADB ini harus dikelola dengan baik dan selalu dihitung dengan pendekatan scientific based, agar anak cucu kita nanti bisa menikmati peningkatan infrastruktur, dalam hal ini pembangunan budidaya udang,” tegas Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu saat Kick Off Meeting of Infrastructure Improvement for Shrimp Aquaculture Project (IISAP) and Workshop on Harmonization of Testing Methodology Laboratory Management, Operation Disease Surveillance and Monitoring di Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Dirjen Tebe menjelaskan udang masih merupakan komoditas yang mendominasi total ekspor di sektor perikanan Indonesia.
Berdasarkan data, KKP mencatat nilai ekspor udang mencapai US$2,16 miliar atau berkontribusi 34,57% dari nilai ekspor perikanan Indonesia pada tahun 2022. Di tahun yang sama, capaian produksi udang sebesar 1,09 juta ton (Satu Data 2022), naik 15% dibandingkan produksi tahun 2021 sebesar 953 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya udang memiliki potensi pengembangan, baik secara produksi maupun pemanfaatan lahan secara optimal.
Dengan pinjaman senilai Rp1,348 triliun, Dirjen Tebe menjelaskan melalui proyek IISAP adalah untuk peningkatan infrastruktur budidaya udang. Secara detail dan terperinci yaitu pembangunan pusat produksi induk dan benih atau Broodstock Center, pembangunan laboratorium kesehatan ikan, pembangunan tambak di lahan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya, pembangunan tambak udang berbasis kawasan, dan pembangunan tambak udang di masyarakat.
Berdasarkan data dari 300.501 Ha tambak udang di Indonesia, 247.803 Ha atau 82 persennya adalah tambak tradisional. Sisanya 15 persen tambak semi intensif, dan 3 persen tambak yang intensif.
“Berharap melalui dukungan ADB ini dapat meningkatkan infrastruktur untuk meningkatkan produksi dan produktivitas budidaya udang yang terintegrasi, berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta dapat dinikmati anak cucu kita nantinya. Dan tentunya target peningkatan ekspor udang pada tahun 2024 dapat tercapai,” tandas Dirjen Tebe.
Perwakilan Asian Development Bank (ADB) Indonesia, Eric Quincieu mengungkapkan hal yang sama target dari proyek IISAP ini bakal tercapai. Pasalnya, Indonesia merupakan pemain kunci dalam pasar udang global, menempati peringkat lima besar produsen udang dunia dengan pangsa pasar global sebesar 8,7 persen dan pasar ekspor di Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Eric juga meyakini proyek IISAP ini dapat memperkenalkan budidaya berkelanjutan yang mendukung rencana aksi Healthy Oceans and Sustainable Blue Economy. Tentunya hasilnya nanti industri perikanan budidaya di Indonesia dapat berkontrubusi terhadap peningkatan perekonomian nasional, produktivitas, profitabilitas, dan kelestarian lingkungan budidaya udang.
Adapun rencana lokasi program IISAP akan dibangun di 7 Provinsi yaitu Aceh, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan.
“ADB berkomitmen dari proyek IISAP akan meningkatkan akses bagi pembudidaya, baik input produksi, pasar, dan ketertelusuran melalui investasi dalam infrastruktur adaptif iklim, peningkatan kapasitas, dan penguatan rantai nilai. Selain itu juga akan memfasilitasi transfer pengetahuan dalam produksi benih udang berkualitas dan mengurangi ketergantungan induk dan benih impor,” jelas Eric.
Sementara Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Vivi Yulaswati mengungkapkan melalui proyek IISAP ini dapat menumbuhkan nilai tambah atau added value dalam berbagai kegiatan budidaya udang di Indonesia yang tentunya akan meningkatkan kualitas, berdaya saing di pasar global secara berkelanjutan.
Selain itu dapat menghasilkan model percontohan yang dapat diduplikasi di berbagai daerah lainnya dan tentunya terjadi transfer knowledge serta penyerapan tenaga kerja dan menambah devisa negara.
“Proyek ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025–2029 yaitu antara lain diharapkan mampu memperkuat sarana dan prasarana seperti broodstock dengan tujuan menekan importasi, mengembangkan laboratorium perikanan, merevitalisasi tambak masyarakat lengkap dengan IPAL, dalam rangka meningkatkan produktivitas usaha budidaya masyarakat dan menambah nilai tambah dari produksi udangnya,” jelas Vivi. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post