ASIATODAY.ID, JAKARTA – Grab dan Gojek bersaing memperebutkan ceruk pasar di Asia Tenggara. Keduanya mengusung aplikasi super (superapp). Dalam kompetisi ini, Grab mengusung strategi tersendiri untuk bisa menggaet pasar dan bersaing dengan decacorn asal Indonesia itu.
Menurut Vice President of Marketing Grab Cheryl Goh, persaingan tentu hal biasa dalam berbisnis. Untuk bisa bersaing, Grab memilih berfokus untuk menawarkan layanan yang berbeda dan memperkuat kolaborasi.
Grab juga fokus mengembangkan layanan lewat riset dan pengembangan (research and development/R&D).
“Kami dapat membawa pengalaman kami di regional untuk diterapkan di pasar cakupan kami. Di saat yang sama, kami mengembangkan talenta,” ujarnya di sela-sela acara Tech In Asia Conference di JCC, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Untuk kolaborasi, decacorn asal Singapura ini berfokus bukan hanya dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), tetapi juga produk. “Kami berpikir untuk bekerja sama dengan lebih banyak mitra,” imbuhnya.
Dari sisi layanan, menurutnya potensi pasar pesan-antar makanan (food delivery) cukup besar. Karena pasarnya besar, Grab juga mengembangkan layanan restoran berbasis digital atau cloud kitchen. Pada saat yang sama, Gojek juga fokus pada layanan ini.
Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo sebelumnya mengatakan, perusahaannya mulai berfokus pada layanan pesan-antar makanan (GoFood) dan pembayaran (GoPay). Sebab, pasar kedua layanan ini cukup besar.
Andre menyampaikan, ukuran pasar pesan-antar makanan hampir dua kali berbagi tumpangan (ride-hailing). Meski begitu, layanan pembayaran merupakan lini bisnis terbesar bagi Gojek.
Andre menilai potensi untuk monetisasi dari bisnis pesan-antar makanan cukup besar.
“Itulah sebabnya pesan-antar makanan menjadi fokus utama kami. Dan saya pikir, kami sudah memecahkan model (bisnisnya) tetapi kami ingin lebih dalam membangun fitur atas produk yang lebih besar,” katanya dalam acara Asia PE-VC Summit 2019 dikutip dari DealStreetAsia, beberapa waktu lalu (2/10).
Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 pun memperkirakan, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) sektor berbagi tumpangan di Indonesia mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 83,8 triliun tahun ini. Salah satu penopangnya adalah pesan-antar makanan.
“Pasarnya di Indonesia 13 kali lipat. Jadi, food delivery peluangnya besar sekali,” kata Managing Director Google Indonesia Randy Mandrawan Jusuf saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, kemarin (7/10). (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post