ASIATODAY.ID, CONAKRY – Presiden Republik Guinea Alpha Conde mengundang pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di berbagai sektor di negara.
Hal itu disampaikan oleh sang presiden saat bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk Senegal merangkap Guinea, Mansyur Pangeran.
Pertemuan dengan Presiden Alpha Conde berlangsung di Istana Negara Conakry. Di mana Presiden Alpha Conde sangat mengharapkan kerja sama riil dengan Indonesia secepatnya dapat diwujudkan.
Selain dengan Presiden, Dubes Mansyur juga turut melakukan pertemuan dengan Menteri Kerja Sama Sektor Publik dan Investasi Gabriel Curtis dan Menteri Geologi dan Tambang, Abadoulaye Magassouba.
Kedua menteri mengharapkan segera dibentuknya tim kerja yang dapat segera mewujudkan kerja sama konkret di bidang prioritas yang diharapkan kedua pihak.
Pertemuan telah menghasilkan beberapa komitmen penting untuk ditindaklanjuti. Dubes Mansyur pun menjelaskan tentang potensi-potensi yang dimiliki Indonesia yang memungkinkan untuk dilakukan kerja sama dengan Guinea yaitu di bidang investasi, pembangunan infrastruktur, mining, pertanian, kesehatan dan pertanian/perkebunan. Implementasinya dapat disesuaikan dengan potensi prioritas kedua negara.
“Kerja sama konkret dengan Indonesia sesuatu yang mendesak untuk direalisasikan,” ujar Presiden Conde kepada Dubes Mansyur, sebagaimana dituangkan dalam keterangan tertulis KBRI Dakar yang diterima asiatoday.id, Jumat (27/12/2019).
Presiden Conde pun mengundang Presiden Joko Widodo untuk berkunjung ke Guinea sebagai kunjungan balasan ketika Presiden Alpha Conde berkunjung ke Jakarta 2016 silam.
“Segera dibuat tim khusus untuk implementasi kerjasama konkrit di semua bidang prioritas bagi kedua negara. Saya menugaskan salah satu Menteri untuk menjadi Contact Person dan berkolaborasi dengan KBRI Dakar untuk kerja sama dengan Indonesia,” jelas Presiden Conde.
Salah satu isu yang menjadi fokus dari Guinea adalah, mereka mengharapkan Indonesia segera membuka Kedutaan Besarnya kembali di Conakry setelah ditutup 1973. Selain itu Presiden Conde juga menawarkan Indonesia ikut berinvestasi di Coloma City, yang didesain menjadi Ibu Kota baru Guinea, dimana perencanaan dan desainnya telah mulai dikerjakan dan diharapkan dapat menjadi pusat pemerintahan bagi Guinea pada 2040.
Pemerintah Guinea pun mengundang kehadiran investasi Indonesia di Conoma Island yang akan dibuat menjadi Exclusive Economic Zone dengan berbagai pembangunan infrastruktur seperti jembatan, port, airport, perkantoran dan fasilitas umum lainnya. Relokasi industri tekstil sekaligus investasi di bidang pertanian dan perkebunan juga ditawarkan kepada Indonesia untuk berinvestasi.
Selain itu, Presiden Conde juga meminta ahli dari Indonesia untuk dapat membangun perkebunan kapas dan singkong organik menggunakan teknologi Indonesia yang sudah maju. Khusus pertanian dan perkebunan ini, dari sisi pembiayaan Pemerintah Guinea didukung oleh Bank Dunia.
Potensi Tambang
Pada bidang pertambangan, Indonesia dipersilahkan untuk memilih sendiri investasi yang menjadi prioritas Indonesia. Guinea memiliki cadangan bouksit kualitas tinggi terbesar di dunia sebanyak 40 miliar ton. Selain itu juga memiliki bijih besikualitas tinggi sebesar 1,8 miliar ton, emas sekitar 800 juta ton, berlian lebih dari 1 juta ton, uranium, nikel, fosfat dan mineral lain dalam jumlah yang sangat besar.
“Pihak Guiena meminta agar pihak Indonesia segera mengirim tim lengkapnya untuk berkunjung membahas rencana kerja sama konkrit yang komprehensif dengan Guinea. Presiden secara khusus akan menerima langsung tim lengkap Indonesia, bahkan akan mengawal rencana kerja sama konkrit tersebut menjadi kenyataan,” jelas Dubes Mansyur.
Dubes Mansyur pun telah menyampaikan akan melaporkan semua penjelasan Presiden Alpha Conde tersebut dan akan mengkoordinasikan dengan pusat untuk terwujudnya kunjungan tim lengkap dari Jakarta ke Guinea sesegera mungkin.
Sementara itu, pertemuan dengan Menteri Gabriel Curties Dubes Mansyur Pangeran menjelaskan semua potensi Indonesia yang memungkinkan untuk dikerjasamakan dengan Guinea. Dubes juga mendapat penjelasan tentang prioritas Guinea yang memungkinkan untuk dikerjasamakan dengan Indonesia khususnya kerja sama investasi.
Senada dengan yang dijelaskan Presiden Alpha Conde, Menteri Curties menyambut gembira rencana kerja sama konkret dengan Indonesia yang dinilai telah absen beberapa waktu sejak penutupan KBRI Conakry 1973.
Menurut Curties hal prioritas yang perlu dilakukan bagi kedua pihak adalah membentuk segera tim kerja sama Indonesia-Guinea di level tertinggi guna mengidentifikasi potensi prioritas bagi kedua negara untuk segera mengimplementasikan kerja sama.
Disampaikan bahwa investasi Indonesia bisa di berbagai bidang, dimulai dari pembangunan berbagai infastruktur seperti jalan, jembatan, relokasi industri (tekstil), social housing, pertanian dan lain-lain.
Bebas Investasi
Pada pertemuan dengan Menteri Abdoulaye Magassouba, Dubes Mansyur Pangeran menjelaskan keinginan Indonesia untuk berinvestasi di bidang pertambangan yang berlimpah di Guinea. Indonesia tertarik berinvestasi di pertambangan bouksit, emas, nikel, bijih besi, phosfat dengan skema kerja sama yang dapat dibahas bersama kedua pihak.
Menteri Abdoulaye menyampaikan bahwa untuk Indonesia terbuka lebar kerja sama di bidang mining dengan Guinea. Kapan saja Indonesia akan masuk Guinea, berinvestasi di sektor pertambangan diberi kesempatan yang terbuka lebar dengan berbagai fasilitas dan kemudahan.
Menurut Menteri Abdoulaye bahwa rencana kerjas ama ini harus ditindaklanjuti secara konkret dimulai dari saling tukar informasi kerjasama prioritas yang diinginkan, saling kunjung team expert, sehingga kerjasama dapat direalisasikan secara cepat namun terukur.
Menteri Abdoulaye menunggu kehadiran delegasi Indonesia untuk duduk bersama menetapkan sektor mining yang fisibel untuk diimplemantasikan pada kesempatan pertama.
Guinea merupakan salah satu negara yang memiliki potensi kekayaan alam dan sumber mineral yang sangat besar di Afrika Barat. Bahkan Guinea tercatat sebagai negara yang memiliki cadangan produk pertambangan yang melimpah termasuk deposit bauksit dan bijih besi terbesar di dunia.
Pertumbuhan ekonomi Guinea saat ini mulai menunjukkan kemajuan yang signifikan, investor asing yang memburu sumber mineral khususnya Tiongkok dan beberapa Negara Eropa telah melakukan investasi dalam skala yang besar.
Namun model investasi yang dilakukan Tiongkok maupun Eropa masih belum sepenuhnya berpihak pada upaya mempertahankan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat sekitar sehingga memicu beberapa hal yang kurang kondusif.
Dari sisi stabilitas politik, Guinea negara demokrasi yang mulai berkembang dan cukup stabil kondisi politik dan keamanannya. Oleh karena itu, dalam rangka penetrasi pasar non-tradisional dan kerja sama investasi Indonesia, Guinea dapat menjadi salah satu tujuan investasi bagi Indonesia di berbagai sektor seperti pertanian, transportasi, infrastruktur dan pertambangan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post