ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghimbau agar masyarakat dan wisatawan menjauh radius 1 km di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur.
Pasalnya, Gunung Bromo mengalami erupsi dan saat ini berada dalam tingkat aktivitas Level II atau Waspada.
Dari Kamis kemarin (18/7/2019) hingga Jumat pagi, visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama berwarna putih tipis, tinggi 50 – 300 meter dari puncak. Angin bertiup lemah ke arah barat daya, barat dan barat laut.
Dalam keterangan resmi Badan Geologi disebutkan, melalui rekaman seismograf tanggal 18 Juli 2019 tercatat, terjadi satu kali Vulkanik Dalam, dan terjadi gempa Tremor menerus dengan amplitudo 0,5-1 mm (milimeter), dominan 1 mm. Gempa Vulkanik Dalam menunjukkan adanya pergerakan magma baru menuju permukaan.
“Masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 1 km dari kawah puncak,” tulis keterangan resmi Badan Geologi, dikutip ASIATODAY.ID, Sabtu (20/7/2019).
Selain itu, kode Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) terakhir Gunung Bromo yang terkirim ialah kode warna Orange yang terbit pada 6 April 2019 pukul 07:18 WIB.
Kode ini muncul terkait dengan hembusan asap kawah menerus dengan tinggi sekitar 3.829 m di atas permukaan laut atau sekitar 900 m di atas puncak.
Dengan kode Orange, maka berarti gunung ini berpotensi membahayakan penerbangan, sehingga pesawat yang melintas diminta untuk menghindari kawasan Gunung Bromo.
“Kolom asap bergerak ke arah tenggara. Untuk Gunung Api statusnya Normal, agar masyarakat, wisatawan, dan para pendaki tidak bermalam dan berkemah di kawah untuk menghindari potensi ancaman gas beracun,” imbuh Badan Geologi.
Badan Geologi juga menjelaskan soal adanya aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir yang terjadi pada tanggal 19 Juli 2019 sekitar pukul 17.00 WIB di Bromo.
Peristiwa ini adalah fenomena alam biasa dan tidak terkait langsung dengan aktivitas erupsi Gunung Bromo.
“Kejadian banjir diakibatkan karena hujan yang terjadi di sekitar Kaldera Tengger dan puncak G Bromo bersamaan dengan kejadian erupsi yang menghasilkan abu vulkanik,” tulis Badan Geologi.
Pengamatan cuaca sejak tanggal 1 hingga 18 Juli 2019, umumnya cuaca di sekitar Gunung Bromo cerah, berawan hingga mendung. Pada 19 Juli 2019 pukul 16.43 WIB tercatat satu kali hujan gerimis.
Aliran banjir berasal dari sisi barat daya lereng Gunung Bromo yang memutari Gunung Batok ke arah barat. Getaran banjir terekam di seismograph dengan amplitudo maksimum 1 mm dan lama gempa 3 menit 20 detik. (Lis/AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post