ASIATODAY.ID, JAKARTA – Hubungan Rusia dan Jerman memanas hingga berujung pengusiran diplomatnya masing-masing.
Rusia diketahui telah mengusir lebih dari 20 diplomat Jerman. Aksi ini sebagai balasan setelah sebelumnya Jerman mengusir lebih dari 30 diplomat Rusia karena masalah keamanan. Hal tersebut lantaran pemerintah Berlin mencurigai jika mereka melakukan spionase.
Badan keamanan Jerman, menyebut jika diplomat Rusia diduga menggunakan kekebalan diplomatik untuk merekrut informan secara ilegal di bidang politik, bisnis, sains, dan militer.
Kementerian Luar Negeri Rusia menekankan bahwa mereka mengutuk keras tindakan Berlin yang dapat merusak hubungan Rusia-Jerman.
“Kami mengutuk keras tindakan Berlin ini, yang terus secara demonstratif menghancurkan seluruh hubungan Rusia-Jerman, termasuk dimensi diplomatik,” lanjut kementerian itu, mengutip dari laporan Reuters pada hari Sabtu (22/4/2023).
Sesuai dengan pernyataan Rusia, kini Rusia mengusir lebih dari 20 diplomat Jerman. Selanjutnya, mengenai informasi perang antara Rusia dan Ukraina, mengutip dari pemberitaan Reuters (23/4/2023), setidaknya lima rudal Rusia menghantam kota Kharkiv di Ukraina timur dan distrik sekitarnya pada Sabtu malam. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukan Rusia telah merebut tiga blok lagi di bagian barat kota Bakhmut di Ukraina.
Kementerian pertahanan Belarusia juga mengatakan bahwa unit dari Belarus pulang dari Rusia setelah pelatihan cara menggunakan sistem rudal taktis Iskander untuk meluncurkan senjata nuklir. Selanjutnya, Rusia juga menasehati warga untuk menghindari perjalanan ke Kanada terkait banyaknya kasus diskriminasi termasuk dengan kekerasan fisik.
Selain itu, Ukraina juga berencana untuk menyebarkan perangkat lunak dari penyedia analitik data AS Palantir Technologies Inc untuk membantu menuntut dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia.
Selanjutnya dari sisi ekonomi, kekuatan Group of Seven (G7) menyerukan perpanjangan, implementasi penuh, dan perluasan dari kesepakatan penting untuk mengekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam.
Rusia pada Februari 2022, memberi isyarat kuat bahwa mereka tidak akan membiarkan kesepakatan itu berlanjut setelah 18 Mei. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post