ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia meminta Pemerintah Amerika Serikat (AS) menarik gugatan atas produk holtikultura Indonesia di World Trade Organization (WTO).
Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia, Zulkifli Hasan menyampaikan hal itu saat pertemuan bilateral dengan Duta Besar Perwakilan Perdagangan AS, Katherine Tai dalam The 55th ASEAN Economic Minister’s Meeting and Related Meetings di Semarang, Senin (21/8/2023).
Hal itu menyusul adanya usulan reaktivasi forum kerja sama bilateral Trade Investment Framework Agreement (TIFA) tahun depan.
“Kami sepakat untuk melaksanakan forum bilateral Trade and Investment Framework Agreement pada 2024,” kata Zulkifli dalam keterangan resmi, Selasa (22/8/2023).
Kendati forum yang sempat berhenti pada 2018 tersebut baru dibuka kembali pada 2024, kedua negara sudah mulai saling tukar permintaan untuk kepentingan masing-masing.
AS, dalam hal ini meminta Indonesia agar mendukung penyelesaian perundingan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) sebelum Pertemuan Tingkat Menteri IPEF dimulai pada November 2023 di San Fransisco, AS.
Sementara itu, Indonesia meminta AS menarik gugatannya atas isu produk hortikultura (DS477/DS478) di WTO.
“Indonesia telah mematuhi keputusan dan rekomendasi Badan Penyelesaian Sengketa WTO dengan menyesuaikan undang-undang, peraturan menteri pertanian dan perdagangan. RI berharap AS segera menutup gugatan isu produk pertanian,” kata Zulkifli.
Menanggapi permintaan tersebut, Duta Besar Perwakilan Perdagangan AS, Katherine Tai mengatakan, AS berharap agar isu produk holtikultura dapat segera menemukan konsensus agar sengketa impor itu segera rampung sehingga tidak menghambat akses pasar di kedua negara.
Adapun, produk ekspor utama Indonesia ke AS adalah minyak sawit dengan nilai US$1,7 miliar, disusul alas kaki kulit US$1,2 miliar, alas kaki bahan kain US$1,1 miliar, ban US$943 juta, dan krustasea US$ 942 juta. Sementara itu, impor utama Indonesia dari AS adalah kedelai senilai US$1,3 miliar, residu pati US$360 juta, susu dan krim US$300 juta, kapas US$ 255 juta, serta tepung US$251 juta. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post