ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia yang diwakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memaparkan sejumlah langkah Indonesia dalam mencapai target ekonomi hijau di forum Energy and Climate Joint Ministerial Meeting G20 yang diselenggarakan di Napoli, Italia, Jumat (23/7/2021).
Menteri ESDM bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar secara virtual memimpin delegasi RI dalam forum penting tersebut.
Dalam forum tersebut, Menteri ESDM memberikan intervensi singkat dalam sesi utama bertajuk “Pemulihan Berkelanjutan dan Transisi Energi Bersih” (Sustainable Recovery & Clean Energy Transitions), sementara Menteri Siti memberikan intervensi singkat dalam sesi utama berjudul “Kota dan Aksi Iklim” (Cities and Climate Actions).
Dalam intervensinya itu, Menteri ESDM menyampaikan sejumlah perkembangan kebijakan di Indonesia dalam rangka mendukung proyek-proyek hijau, juga peran penting energi terbarukan untuk menyediakan akses energi dan memberdayakan masyarakat di pedesaan maupun daerah terpencil.
“Indonesia juga secara aktif, responsif, dan inklusif mengembangkan kebijakan pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim selagi juga memulihkan ekonomi dari dampak pandemi global. Melalui program pemulihan ekonomi nasional, kami memberikan dukungan ekonomi bagi para pelaku usaha kecil dan menengah, serta memastikan akses energi dalam rangka mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs),” jelas Arifin Tasrif dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (25/7/2021).
Menteri Arifin juga menyampaikan subsidi yang tepat sasaran diberikan pada kelompok rentan yang berhak menerima, seperti rumah tangga dengan ekonomi lemah, untuk menjaga produktivitas dan kualitas hidup di tengah pandemi.
Lebih lanjut, Menteri ESDM menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan harmonisasi kebijakan untuk mendukung proyek nasional tersebut.
“Sesuai arahan Presiden RI bahwa akses, keterjangkauan, dan keberlanjutan akan membuka jalan menuju ekonomi hijau,” ujarnya.
Menteri Arifin menegaskan bahwa transisi energi dipahami secara plural sebagai langkah kebijakan yang beragam, yang mengacu pada situasi nasional, kapasitas teknologi dan sosial ekonomi, serta tantangan geografi.
Terkait hal tersebut, Indonesia juga sedang menyiapkan rencana jangka panjang untuk beralih dari pembangkit batu bara ke pembangkit yang lebih bersih, dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknologi serta sosial dan ekonomi.
Pada penyelenggaraan kali ini, pihak Italia mengombinasikan persidangan secara gabungan (hybrid), dengan sebagian besar peserta hadir secara fisik. Selain Indonesia, tercatat sejumlah G20 lainnya menghadiri secara virtual, yaitu China, India, dan Australia.
G20 merupakan forum multilateral 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia, yang terdiri atas 19 negara ditambah Uni Eropa (UE). Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN di forum G20.
Isu transisi energi dan iklim merupakan isu yang beberapa tahun belakangan menjadi perhatian serius dan dibahas secara alot di forum G20.
Pertemuan tingkat menteri ini merupakan pertemuan puncak yang menyepakati Joint Ministerial Communique on Energy and Climate, yang dibahas sepanjang rangkaian persidangan Energy Transitions and Climate Sustainability Working Group (ETCS WG). ETCS WG menggabungkan dua working group yaitu ETWG dan CSWG.
Kementerian ESDM dan Kementerian LHK secara bersama berpartisipasi aktif sejak ETCS WG 1 diselenggarakan pada 22-23 Maret 2021 lalu.
Selain persidangan utama, telah diselenggarakan pula beragam pertemuan kolateral dan sesi pertemuan luar biasa.
Pada kesempatan kali ini, Menteri ESDM turut didampingi oleh Dirjen EBTKE, Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, SAM Bidang Perencanaan Strategis, tim Biro KLIK, dan perwakilan unit-unit Kementerian ESDM yang berpartisipasi aktif pada pertemuan-pertemuan G20. (ATN)
Discussion about this post