ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menyimpan kekayaan energi baru terbarukan (EBT) yang sangat melimpah, salah satunya energi biomassa.
Dengan potensi yang ada, Indonesia bahkan diproyeksi bisa menguasai dan menjadi pusat energi biomassa dunia, utamanya dalam mendukung percepatan agenda transisi energi global.
Sejauh ini, minat investasi di sektor itu mulai menggeliat.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Indroyono Soesilo, setidaknya 34 perusahaan anggota APHI sudah menyatakan minat untuk berinvestasi di sektor energi ini. Bahkan, beberapa diantaranya telah memasukkannya dalam rencana bisnis mereka.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bobby Gafur Umar mengungkapkan, potensi investasi di sektor ini mencapai USD52,1 miliar.
“Dengan potensi investasi mencapai USD52,1 miliar, energi biomassa bisa menghasilkan energi listrik sebesar 32,6 GW (gigawatt) dan juga mampu menyerap sekitar 12 juta tenaga kerja. Akan ada 60 juta ton wood pellet dengan nilai ekspor pertahun yang bisa menghasilkan potensi devisa sebesar Rp90 triliun,” jelas Bobby di forum diskusi virtual bertajuk ‘Kontribusi Sektor Kehutanan untuk Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia’, Jumat (18/02/2022).
Bobby memandang, pemanfaatan biomassa sebagai sumberdaya energi listrik, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, sekaligus mempercepat terwujudnya ketahanan energi nasional.
“Potensi biomassa di Indonesia sangat besar dan ini bisa meningkatkan rasio elektrifikasi untuk mewujudkan ketahanan energi di Indonesia,” imbuhnya.
Hasil estimasi sementara, dengan luas Hutan Tanaman Energi di Indonesia yang mencapai hampir 1,3 juta hektar dan diolah oleh 32 unit bisnis, ini bisa menjadi modal besar bagi Indonesia untuk dapat secara masif menghasilkan energi biomassa.
Menurut perhitungannya, luas tanaman biomassa di Indonesia hingga 2024 nanti bisa mencapai 67.356 hektar.
“Dengan demikian, Hutan Tanaman Energi (HTE) merupakan masa depan energi biomassa Indonesia. Selain menjadi sumber bahan baku energi biomassa secara berkelanjutan bagi pembangkit listrik, Indonesia juga bisa memasok negara-negara di dunia melalui ekspor,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP MEBI (Masyarakat Energi Biomassa Indonesia), Djoko Winarno, memaparkan bahwa sinergi kuat para pelaku usaha EBT dan kehutanan akan mampu berkontribusi besar dalam proses transisi energi di Indonesia menuju net-zero emission.
Menurut Djoko, biomassa merupakan sumber EBT yang memiliki karakter istimewa jika dibanding sumber energi yang lain.
“Pertama, biomassa adalah satu-satunya sumber EBT yang dapat dibawa kemana saja. Listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBm) relatif stabil dan dapat tersedia setiap saat. Banyak lagi karakter khususnya,” ujar Djoko.
Lebih jauh Djoko menjelaskan, dampaknya pada pengurangan gas rumah kaca (GRK) juga sangat efektif.
“Biomassa umumnya berasal dari kayu, dan kayu mengandung sulfur yang emisinya jauh lebih rendah, sehingga berdampak langsung pada pemanasan global. Bila feedstock dari sampah (kayu), maka akan terjadi pengurangan emisi gas methane yang dihasilkan oleh tumpukan sampah. Untuk diketahui, gas methan merupakan gas yang daya rusaknya ke atmosfir 21 kali lebih tinggi dari CO2,” paparnya.
Djoko menegaskan bahwa pemanfaatan biomassa juga akan mengurangi emisi GRK yang ditimbulkan oleh pembakaran batu bara, secara signifikan.
“Pemanfaatan biomassa efektif mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran batubara di PLTU,” ujar Djoko.
Adapun keunggulan lain dari pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi listrik menurut Djoko adalah dapat diproduksi di lahan-lahan kritis.
“Bila sumber biomassa ditanam di lahan-lahan kritis, misalnya lahan bekas tambang, maka hal ini pun akan membantu mengurangi pemanasan global,” imbuh Djoko.
Sebagai referensi, energi biomassa adalah bahan bakar yang dibuat dengan mengkonversi bahan-bahan biologis seperti tanaman dan produk-produk pertanian/perkebunan.
Untuk mengubah dan menjadikannya bahan bakar, energi biomassa umumnya menggunakan teknologi gasifikasi (gasifikasi fluidized bed), yaitu suatu proses pengubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas (cair). Dengan demikian, biomassa bisa diubah menjadi listrik.
Salah satu jenis biomassa yang banyak tersedia di Indonesia adalah kayu. Kayu bersumber dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan. Sayangnya, limbah biomassa yang sangat besar jumlahnya itu saat ini juga belum dimanfaatkan dengan baik. (ATN)
Discussion about this post