ASIATODAY.ID, JAKARTA – Industri perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia memainkan peran krusial dalam menyokong aksi iklim melalui mobilisasi sumber pembiayaan.
Apalagi Indonesia memiliki target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030. Pada saat yang sama ruang untuk menerbitkan sustainable financing instrument di Indonesia juga masih lebar.
“Salah satu inisiatif penting adalah memobilisasi modal dengan menerbitkan sustainable financing instrument seperti green bond dan sustainability bond,” kata Ketua Perhimpunan Bank Indonesia (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo dalam Casual Talks: Scaling Up The Utilization of Sustainable Financial Instruments, Jumat (18/2/2022).
Saat ini, total sustainable financing dan aset milik bank-bank di Indonesia mencapai USD55,9 miliar. Di lain pihak, global sustainability bond yang diterbitkan oleh local issuers mencapai USD2,22 miliar, sementara domestic green bond issuance telah mencapai USD35,12 juta.
“Kami ingin melihat lebih banyak Environmental Social Governance (ESG) issuance dan instrumen di masa yang akan datang untuk menyelaraskan dan meningkatkan ESG and Sustainability Financing Asset di pasar Indonesia,” imbuhnya.
Menurut dia, untuk mencapai target itu, lembaga keuangan perlu bekerjasama bersama pemerintah dan regulator. Pemerintah diminta menjembatani guideline dan insentif yang diperlukan untuk mendorong minat dan permintaan ESG Financing.
Sedangkan untuk regulator seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga perlu membuat framework dan platform yang memadai untuk pasar keuangan agar bisa meningkatkan partisipasinya dalam ESG and Sustainability Financing Trading.
“Industri dan lembaga keuangan termasuk bank perlu membangun dan mendorong kemampuan dan kapasitasnya dalam membuat dan menawarkan instrumen-instrumen ESG dan layanan untuk para potential demand,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post