ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Para ilmuwan dari Universitas Washington dan Universitas Princeton, Amerika Serikat (AS) memprediksi kehidupan di lautan berada diambang kepunah massal jika pemanasan global berlanjut.
Riset para ilmuwan mengungkapkan bahwa kondisi itu akan menyaingi kepunahan besar pada masa lalu di planet Bumi.
“Dengan membatasi pemanasan planet hingga 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri akan mencegah bencana seperti itu,” kata penulis makalah, Justin Penn dan Curtis Deutsch, dua ilmuwan yang berafiliasi dengan Universitas Washington dan Universitas Princeton, AS, dikutip Sabtu (30/4/2022).
Para penulis menggunakan pemodelan ekofisiologis untuk menimbang batas fisik spesies dengan proyeksi suhu laut dan penipisan tingkat oksigen. Satu tugas yang sangat menantang mengingat kurangnya pekerjaan sebelumnya di daerah tersebut.
Hasil studi mengkhawatirkan: di bawah pemanasan global “bisnis seperti biasa”, ekosistem laut di seluruh planet dapat mengalami kepunahan massal yang sebanding dengan kepunahan Permian akhir, yang dikenal sebagai “Kematian Hebat”.
Kepunahan massal terjadi 250 juta tahun yang lalu dan menyebabkan kematian lebih dari dua pertiga hewan laut, karena pemanasan dan penipisan oksigen, kondisi serupa yang terjadi saat ini.
Saat lautan tropis akan kehilangan sebagian besar spesies, banyak dari daerah ini akan bermigrasi ke garis lintang yang lebih tinggi untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, spesies kutub akan menghilang secara massal, karena jenis habitat mereka akan hilang sepenuhnya dari planet ini.
“Membatasi pemanasan hingga 2 derajat Celsius, batas atas tujuan yang ditetapkan oleh perjanjian Paris. Angka itu akan mengurangi tingkat kepunahan hingga 70 persen, menghindari kepunahan massal laut,” demikian hasil studi.
Tujuan yang lebih disukai, membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius, tidak mungkin dicapai dengan komitmen internasional saat ini, menurut pakar iklim PBB.
“Karena kepunahan laut belum berkembang sejauh yang terjadi di darat, masyarakat memiliki waktu untuk membalikkan keadaan demi kehidupan laut,” tulis ilmuwan Malin Pinsky dan Alexa Fredston dalam komentar yang menyertainya.
“Tepatnya di mana masa depan jatuh antara skenario kasus terbaik dan terburuk akan ditentukan oleh pilihan yang dibuat masyarakat tidak hanya tentang perubahan iklim, tetapi juga tentang perusakan habitat, penangkapan ikan yang berlebihan, dan polusi pantai,” ujarnya. (ATN)
Discussion about this post