ASIATODAY.ID, MOGADISHU – Konflik yang sedang berlangsung di Somalia memperburuk situasi kemanusiaan, mempersulit organisasi kemanusiaan untuk mengakses populasi yang paling membutuhkan bantuan, menurut sejumlah badan bantuan.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada Minggu (5/3) malam waktu setempat di Mogadishu, ibu kota Somalia, badan-badan lokal dan internasional di bawah naungan Konsorsium Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Somalia mengungkapkan 185.000 orang yang baru saja kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran di Las Anod di Somalia utara membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak.
“Jutaan orang terancam. Tidak ada waktu untuk menunggu. Jika tidak segera meningkatkan bantuan kemanusiaan, kematian terkait kelaparan kemungkinan akan setinggi kematian akibat kelaparan pada 2011-2012 di Somalia, ketika 260.000 orang meninggal, separuh dari mereka adalah anak-anak,” ujar Nimo Hassan, direktur Konsorsium LSM Somalia, memperingatkan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Somalia sedang mengalami musim kemarau bersejarah selama lima tahun, situasi yang tidak pernah terjadi dalam lebih dari 40 tahun, dan musim hujan gagal keenam yang diperkirakan akan memaksa lebih banyak keluarga mengungsi, di saat negara tersebut dibayangi kelaparan.
Badan-badan itu mengatakan sekitar 6,5 juta orang membutuhkan bantuan penyelamatan kemanusiaan yang mendesak dan sangat tinggi di Somalia.
Mereka mengatakan wanita dan anak perempuan menghadapi peningkatan risiko kekerasan berbasis gender karena kehilangan tempat tinggal, tempat penampungan serta toilet yang penuh sesak dan penerangan yang buruk di kamp-kamp, serta kebutuhan untuk melakukan perjalanan jauh guna mengambil air dan kayu bakar.
Organisasi-organisasi tersebut mengatakan pernikahan anak menjadi mekanisme penanggulangan yang berbahaya bagi keluarga yang tengah berjuang melawan kemiskinan akibat kekeringan.
“Skala krisis ini mengerikan, dan penderitaan jutaan orang tak terbayangkan. Perempuan dan anak perempuan paling berisiko. Kami secara moral berkewajiban melakukan lebih banyak hal untuk melindungi yang paling rentan. Somalia tidak bisa dilupakan di masa yang paling kritis ini,” ujar Paul Healy, country director badan bantuan Trocaire.
Diperkirakan 1,8 juta anak di bawah usia lima tahun (balita), hampir separuh dari populasi balita di negara itu, kemungkinan besar akan menderita malanutrisi akut akibat kondisi ketahanan pangan memburuk, papar PBB.
Menurut badan-badan tersebut hal ini sangat memprihatinkan, mengingat pada 2022 lebih dari 1.000 anak meninggal di pusat-pusat gizi di seluruh Somalia, seraya menyebutkan bahwa angka itu kemungkinan akan lebih tinggi karena banyak yang tidak pernah datang ke pusat gizi. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post