ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia tengah memprioritaskan program konservasi Mangrove sebagai upaya pemulihan kelestarian ekosistem pesisir dan mencegah pemanasan global dan perubahan iklim.
Untuk memperkuat agenda tersebut, Indonesia akan menggalang kerja sama dengan berbagai negara termasuk Uni Eropa (UE) dan Uni Emirat Arab (UEA).
“Luas Mangrove kita ini, 3,31 juta hektare itu setara 30 persen luas Mangrove dunia atau 42 persen luas Mangrove di Asia saat ini. Indonesia itu yang paling besar. Saya minta Uni Eropa untuk bantu investasi karena investasi untuk konservasi ini sangat besar. Kalau 600.000 hektare kira-kira hampir Rp16 triliun, dengan angka yang besar dampaknya juga akan besar, makanya kita jangan kerja tanggung-tanggung,” jelas Menko Martim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dalam keterangan Jumat (24/10/2020).
Selain Uni Eropa, Luhut mengatakan akan berupaya menggandeng pemerintah Abu Dhabi.
Luhut mengungkapkan, pemerintah Abu Dhabi hanya memiliki satu spesies mangrove, sementara Indonesia memiliki 126 spesies mangrove.
Sejauh ini kata Luhut, untuk program restorasi mangrove telah disepakati usulan programnya melalui PEN tahun 2021 dari KLHK dalam bentuk kegiatan penanaman mangrove seluas 46.758 hektare di 34 provinsi dan KKP seluas 1.522,91 hektare.
“Jika penanaman bisa mencapai 600.000 hektare dalam 4 tahun ke depan, tentu hal itu akan meningkatkan kepercayaan dunia kepada Indonesia sebagai paru-paru dunia,” imbuhnya.
Menurut Luhut, World Bank sangat mendukung adanya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui pemulihan ekosistem mangrove.
“Program ini akan menunjukan kepada dunia bahwa KLHK kita, KKP kita sangat peduli dengan lingkungan, jadi dunia tidak usah ngajarin kita soal lingkungan,” tegas Luhut. (ATN)
Discussion about this post