ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah forum internasional yang mengupas Bahasa, Budaya dan Perdamaian di Asia digagas oleh Universitas Bangka Belitung (UBB).
Pertemuan ke-15 International Class on Asian Community (ICOAC) 2020 itu digelar secara virtual pada Jum’at (7/8/2020) lalu. Forum internasional ini direncanakan akan sampai pada 16 pertemuan.
Dalam paparannya, Dr. Changzoo Song dari The University of Auckland, New Zealand, dengan bidang kajian Korean and Asian Studies menjelaskan tentang perbedaan antara Asia dengan Eropa dari segi lingkungan, geografis wilayah, bahasa, dan budaya.
Menurut Dr. Changzoo Song dari segi geografis, Asia memiliki wilayah yang sangat beragam dengan luas wilayah tiap-tiap negara sangat berbeda jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa yang memiliki luas wilayah yang hampir sama.
Tak hanya itu, orang-orang Eropa cenderung memiliki jenis makanan dari bahan yang sama dan cara makan yang sama. Berbeda dengan Asia yang memiliki berbagai macam jenis bahan makanan dan juga cara makan yang berbeda tiap-tiap negaranya.
Dr. Changzoo Song menambahkan, bahkan di Asia, material bahan dari alat makan yang digunakan pun berbeda. Sebagai contoh, sumpit yang digunakan untuk makan di Jepang, Korea, dan China memiliki ukuran dan bahan yang berbeda. Ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari metal.
“Asia sangatlah beragam bahkan dari hal-hal yang dilakukan setiap hari,” ujar Dr. Changzoo Song.
Perbadaan lain antara Eropa dan Asia adalah dari kebiasaan dan sikap orang-orangnya.
Menurut Dr. Changzoo Song, di Eropa, individualisme atau kenyamanan pribadi lebih diutamakan dibandingkan dengan Asia yang lebih mengutamakan kepentingan kelompok atau kolektivisme.
“Dari segi bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, masyarakat di Asia memiliki bahasa yang lebih beragam dari Eropa, yang menjadikan pemahaman tentang bahasa dan budaya antara masyarakat Asia sangat penting untuk dilakukan,” jelasnya.
Lebih jauh Dr. Changzoo Song juga menjelaskan tentang “The Four Asia” atau empat wilayah negara di Asia yakni Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Ia menjelaskan tentang persamaan budaya di Asia.
Menurutnya, masyarakat Asia lebih mengutamakan kesepakatan yang disetujui bersama, lebih mengutamakan kepentingan kelompok dari pada sikap individualisme. Bahkan menurutnya, agama-agama yang dianut oleh masyarakat Asia lebih menekankan kebersamaan, mengutamakan nilai-nilai kelompok seperti agama Budha, Hindu, Islam dan lainnya.
“Di Asia, pemerintah harus mendorong masyarakatnya untuk lebih giat belajar bahasa dan budaya dari negara lain karena hal tersebut akan lebih membawa ke arah yang demokratis antara masyarakat Asia,” imbuhnya.
Sementara itu, Agustinus Gergorius Raja Dasion, M.A., memaparkan konflik yang terjadi di dalam negara, terkhusus yang terjadi di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari fakta yang ada saat ini dimana tradisi kekeluargaan dan gotong royong tidak lagi melindungi bangsa Indonesia dalam menghadapi modernisme.
“Realitas ruang publik dipenuhi dengan perebutan kepentingan dan kekuasaan. Politik identitas yang semakin membangun hambatan,” jelasnya.
Menurut dia, hal ini memicu terjadinya konflik pada 3 dimensi, yakni; (1) Demokrasi: kebebasan yang “terlalu jauh”, politik identitas, toleransi, (2) Developmentalism: pembangunan selalu dalam kerangka kapitalisme, (3) Keamanan: aparatur negara yang berperan dalam disiplin dan pemerintahan, semuanya demi “keamanan palsu”.
“Konflik tersebut dapat diredam dengan beberapa faktor, yaitu: Multikulturalisme, penerimaan pluralitas dan berbagai macam nilai, sistem sosial, praktik budaya, adat istiadat, dan filosofi,” jelasnya.
Dikatakan, politik pengakuan, menekankan pentingnya hak atas penghormatan yang sama untuk berbagai konsep kehidupan baik yang membentuk identitas manusia maupun menuntut kesetaraan semua budaya.
“Untuk Memenuhi Cinta, pembentukan identitas manusia tidak dapat ada tanpa pengenalan intersubjektif. Membentuk Identitas Kolektif, memahami “diri” (sebagai bangsa). Parresiast, kita harus menjadi “parresiast” untuk perdamaian bangsa dan dunia,” pungkasnya. (AT Network)
Discussion about this post