ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) melakukan sejumlah terobosan sepanjang 2020 untuk memperkuat diversifikasi pasar baik domestik maupun untuk tujuan ekspor.
Terobosan itu melalui peningkatan kapasitas produksi pupuk majemuk atau pupuk NPK hingga membangun pabrik CO2 sepanjang 2020.
Pengembangan produk NPK merupakan wujud komitmen Pupuk Indonesia Grup dalam menyediakan produk dan solusi pertanian yang terintegrasi, guna mendukung ketahanan pangan nasional.
“Pada tahun 2020 ini telah ditandai dengan beroperasinya pabrik pupuk NPK Fusion II milik anak usaha yakni PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dengan kapasitas produksi 2×100.000 ton per tahun,” kata Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (1/11/2020).
Selain itu, PT Pupuk Iskandar Muda yang berlokasi di Lhoksemauwe, Aceh, juga tengah dalam proses pembangunan pabrik NPK berkapasitas produksi mencapai 500.000 ton per tahun. Pabrik NPK PT PIM itu ditargetkan rampung pada 2021.
“Pabrik-pabrik NPK ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar NPK di Indonesia,” jelasnya.
NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara nitrogen, phosfat (P) dan kalium (K) yang dibutuhkan tanaman dan berfungsi untuk meningkatkan hasil pertanian maupun perkebunan.
Pupuk Indonesia juga terus melakukan program transformasi untuk menjadi penyedia solusi pertanian dan nutrisi tanaman di Indonesia.
Terlebih, penggunaan pupuk NPK sejalan dengan program pemerintah dalam pemupukan berimbang yang menggunakan pupuk majemuk spesifik komoditi dan spesifik lokasi sehingga lebih efisien, tepat guna dan ramah lingkungan.
Selain pengembangan produk pupuk, perseroan melalui anak usahanya yakni PT Pupuk Kujang juga telah merampungkan pembangunan pabrik CO2 pada September 2020.
Keberadaan pabrik itu bertujuan untuk memanfaatkan gas ekses dari proses produksi pabrik Kujang 1A dan 1B. Gas ekses diubah menjadi produk CO2 cair yang bisa digunakan oleh industri lainnya.
Pabrik CO2 tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 50.000 ton per tahun. Produk akhir pabrik berupa CO2 murni standard food grade ini sangat diperlukan oleh berbagai jenis industri.
Dalam industri makanan dan minuman misalnya, CO2 murni digunakan untuk pembuatan minuman berkarbonasi, pengawetan makanan perikanan dengan dry ice, pemutihan gula, hingga pembuatan rokok.
Tak hanya itu, CO2 murni ini juga bisa digunakan dalam industri manufaktur pengelasan, pemutihan kertas, fumigasi pada sektor pertanian, serta secondary oil recover.
Perusahaan berharap pengembangan produk pupuk majemuk dan produk samping ini dapat meningkatkan pangsa pasar (market share), mengingat makin tingginya tren permintaan pasar dalam negeri dan ekspor.
“Hal ini sejalan dengan program kerja Pupuk Indonesia untuk lebih fokus pada diversifikasi produk yang dapat meningkatkan daya saing,” tandas Wijaya. (AT Network)
Discussion about this post