ASIATODAY.ID, JAKARTA – EU-ASEAN Business Council, badan utama untuk bisnis-bisnis Eropa di ASEAN, merilis hasil Survei Sentimen Bisnis tahunan edisi Keenam. Beberapa poin kunci dari hasil survei tahun 2020 ini meliputi;
56 persen bisnis Uni Eropa mempunyai rencana untuk mengembangkan operasi di kawasan ASEAN. Angka ini sedikit menurun dari 61 persen di tahun 2019 lalu,
74 persen responden yang berdomisili di Indonesia memiliki rencana ekspansi,
53 persen responden melihat ASEAN sebagai kawasan dengan kesempatan ekonomi terbaik, di mana tahun 2019 lalu angka tersebut adalah sebesar 63 persen,
47 persen responden mempertimbangkan kemungkinan penataan kembali rantai pasokan pasca pandemi dengan ASEAN, Eropa, dan Tiongkok sebagai wilayah-wilayah destinasi utama,
73 persen responden berharap para pelaku bisnis dapat mengembangkan tingkat perdagangan dan investasi mereka di ASEAN dalam lima tahun ke depan, menurun dari tahun 2019 lalu yang sebesar 84 persen,
Dari 6 persen di tahun 2019, tahun ini hanya 2 persen responden yang merasa bahwa Integrasi Ekonomi ASEAN mengalami kemajuan cukup pesat,
Sebanyak 4 persen responden berpendapat bahwa prosedur bea cukai ASEAN cepat dan efisien, menurun dari 8 persen tahun lalu,
Menurun dari 78 persen, tahun ini 62 persen responden melaporkan bahwa para pelaku bisnis menghadapi banyak tantangan pada penggunaan rantai pasok yang efisien di ASEAN,
98 persen responden menginginkan Uni Eropa untuk mempercepat negosiasi perjanjian dagang bebas atau FTA dengan ASEAN, serta negara-negara anggotanya. Angka ini mengalami kenaikan dari 96 persen di tahun lalu,
Donald Kanak, Chairman EU-ASEAN Business Council mengatakan, hasil survei tahun ini mengonfirmasikan bahwa ASEAN masih dipandang sebagai kawasan peluang ekonomi terbaik, namun seperti yang sudah diprediksikan selama krisis Covid-19, prospek peningkatan perdagangan dan investasi menunjukan tanda-tanda melemah.
Termasuk ke dalam survei sentimen bisnis tahun ini adalah pertanyaan seputar kawasan-kawasan yang dinilai berpotensi akan menarik lebih banyak jumlah investasi pada rantai pasokan pada era pasca Covid-19.
ASEAN berada di posisi teratas, namun selain itu kawasan Eropa dan Tiongkok dinilai memiliki potensi yang serupa.
“Hampir setengah dari responden mengharapkan adanya penataan ulang rantai pasok setelah pandemi Covid-19. Hal ini tentunya membuat hal-hal yang perlu diselesaikan dalam integrasi ekonomi ASEAN dan kemajuan dalam fasilitas perdagangan menjadi sangat penting demi pemulihan ekonomi ASEAN dari keterpurukan ekonomi,” jelas Donald Kanak melalui keterangan tertulisnya, Kamis (8/10/2020).
Menurut Donald, hasil survei membawa pesan yang sangat jelas, bahwa pelaksanaan Integrasi Ekonomi ASEAN saat ini sedang berada dalam masa jeda.
Oleh karenanya, penting bahwa ASEAN, termasuk dengan para negara anggotanya perlu mempercepat langkah mereka agar bisa mencapai poin-poin komitmen yang tertuang dalam AEC Blueprint 2025.
“Saat ini, kalangan pebisnis Eropa sedang melakukan penyesuaian strategi bisnis agar sesuai dengan kondisi lingkungan lokal ketimbang menunggu adanya kemajuan yang substansial dari integrasi ekonomi kawasan,” paparnya.
Lebih lanjut, para pelaku bisnis Eropa juga khawatir mengenai kurangnya perkembangan FTA (Perjanjian Dagang Bebas) lebih lanjut dalam kawasan ASEAN, terutama pembicaraan panjang mengenai FTA antar kawasan (Uni Eropa dan ASEAN) yang dinilai lebih memberikan banyak keuntungan daripada FTA bilateral.
“Secara nyata, para pebisnis Eropa menginginkan Komisi Eropa untuk mempercepat laju negosiasi dan keterlibatan Uni Eropa dengan Asia Tenggara,“ tutup Chris Humphrey, Executive Director EU-ASEAN Business Council. (AT Network)
Discussion about this post