ASIATODAY.ID, BRUSSELS – Perbankan Rusia menghadapi sanksi keras dari negara barat setelah militer Rusia menginvasi Ukraina.
Pasalnya, bank-bank besar Rusia akan segera dikeluarkan dari sistem transaksi global SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication).
Sebelumnya, Iran pernah mengalami hal serupa.
Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (Masyarakat Telekomunikasi Keuangan Antarbank Seluruh Dunia) merupakan sistem transaksi antar-bank global yang diterapkan sejak 1973 dan sekarang digunakan oleh lebih dari 11.000 lembaga keuangan di seluruh dunia.
Saat ini tidak ada jaringan global lainnya sebagai alternatif, sehingga SWIFT menjadi saluran satu-satunya dalam transaksi keuangan global.
Pada Sabtu (26/2/2022) malam waktu setempat atau Minggu pagi WIB, Uni Eropa bersama Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat setuju memberikan sanksi pemutusan hungan perbankan Rusia dengan SWIFT.
“Di saat pasukan Rusia melakukan serangan di Kiev dan kota-kota lain di Ukraina, kami teguh melanjutkan upaya untuk menambah beban Rusia dan makin mengisolasi Rusia dari sistem keuangan internasional dan dari perekonomian kami,” bunyi pernyataan bersama sekutu Barat tersebut.
Sanksi ini diterapkan kepada sejumlah bank besar Rusia yang menjadi target, tidak semuanya.
“Ini akan memastikan bahwa bank-bank tersebut akan terdiskoneksi dari sistem keuangan internasional dan mengganggu kemampuan mereka dalam beroperasi secara global,” demikian disebutkan.
Selain itu akan dibentuk satgas transatlantik yang bertugas mengidentifikasi dan membekukan aset-aset perorangan atau lembaga yang dibidik.
Mereka akan bekerja dengan pemerintah negara-negara lain agar orang atau lembaga yang terkena sanksi tidak bisa menemukan tempat untuk menyembunyikan aset.
“Kami berdiri bersama rakyat Ukraina di era yang gelap ini,” bunyi kalimat penutup dalam pernyataan bersama tersebut.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan keputusan itu mencontoh kasus Iran.
Perbankan Iran diputus dari SWIFT pada 2012 menyusul sanksi Uni Eropa atas program nuklir Iran. Dampaknya, Iran kehilangan nyaris separuh dari pendapatan ekspor minyak dan 30% dari pendapatan ekspor.
Sekarang ini, kebanyakan bank Iran sudah terkoneksi kembali dengan SWIFT.
Tanpa SWIFT, perbankan Rusia harus kembali menggunakan telepon dan mesin faksimili untuk bertransaksi dan berkomunikasi dengan perbankan di luar negeri.
“Dalam semua kemungkinan, sebagian besar bank di dunia akan memilih menghentikan transaksi saja dengan bank-bank Rusia itu,” kata pejabat tersebut.
Pakar keuangan mengatakan pemutusan hubungan dengan SWIFT akan mematikan semua transaksi internasional, memicu volatilitas mata uang, dan menyebabkan arus modal keluar yang masif di negara terkait.
Perkembangan baru ini merupakan kemenangan bagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang sedari awal melobi banyak negara untuk menyingkirkan Rusia dari SWIFT.
Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen mengatakan rangkaian sanksi ini ditujukan untuk melumpuhkan aktivitas ekonomi Rusia sebagai balasan atas invasi militer yang dilakukan terhadap Ukraina.
“Memutus hubungan perbankan ini akan mencegah mereka (Rusia) untuk melakukan sebagian besar transaksi di seluruh dunia dan secara efektif memblokir kegiatan ekspor dan impor Rusia,” pernyataan Von Der Leyen di Brussels, Sabtu (26/2/2022) malam waktu setempat atau Minggu pagi WIB.
“Kedua, kami akan menghentikan Putin dalam memainkan taktik perangnya (war chest). Kami akan melumpuhkan aset-aset bank sentral Rusia,” bebernya lagi.
“Semua ini akan membekukan transaksi. Dan akan mustahil bagi bank sentral untuk melikuidasi aset-asetnya,” pungkasnya. (BBC)
Discussion about this post