ASIATODAY.ID, MOSKWA – Otoritas Rusia menyita ratusan jet komersial yang dimiliki oleh perusahaan leasing Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Penyitaan menjadi tantangan yang dihadapi industri penerbangan Rusia akibat sanksi internasional.
Presiden Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang pada Senin (14/3/2022) sebagai bagian dari tindakan anti-sanksi pemerintah. Tindakan ini akan memungkinkan maskapai penerbangan Rusia untuk mendaftarkan pesawat yang disewa dari perusahaan asing di Rusia.
Dengan demikian, pesawat itu akan diberikan sertifikat kelaikan udara lokal, menurut pernyataan dari Kremlin.
RUU itu akan memungkinkan maskapai Rusia untuk mempertahankan pesawat sewaan asing mereka dan mengoperasikan pesawat di rute domestik. Sementara RUU ini mempersulit perusahaan asing untuk mendapatkan kembali jet mereka tanpa persetujuan pemerintah Rusia.
Sanksi Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang dikenakan pada Rusia mengharuskan perusahaan leasing untuk mengambil alih semua pesawat yang mereka sewakan ke maskapai Rusia pada akhir bulan.
Pembuat pesawat Barat seperti Airbus (EADSF) dan Boeing (BA) telah memutuskan akses maskapai Rusia ke suku cadang yang dibutuhkan untuk merawat dan menerbangkan jet mereka dengan aman.
Maskapai Rusia mengoperasikan 305 jet Airbus dan 332 jet Boeing, menurut data yang diberikan oleh perusahaan analisis penerbangan Cirium.
Rusia juga memiliki 83 jet regional buatan pabrikan Barat seperti Bombardier, Embraer dan ATR. Hanya 144 pesawat dalam armada aktif maskapai Rusia yang dibangun di Rusia.
Data Cirium menunjukkan bahwa 85% dari pesawat buatan asing tersebut dimiliki oleh perusahaan leasing, dan nilai gabungannya mencapai US$12,4 miliar.
Tidak jelas bagaimana perusahaan leasing bisa mengambil alih pesawat-pesawat ini saat pesawat-pesawat itu masih berada di tanah Rusia. Sanksi tambahan yang melarang pesawat Rusia terbang ke sebagian besar negara lain telah membatasi industri penerbangannya pada dasarnya untuk penerbangan domestik.
Perusahaan leasing belum menanggapi permintaan untuk mengomentari tindakan Rusia, dan tidak jelas apakah mereka akan menginginkan pesawat itu kembali. Pesawat tidak akan memiliki akses ke suku cadang dan tidak akan memiliki sertifikat kelaikan udara yang valid yang akan diterima oleh maskapai barat.
“Jet-jet ini tidak akan didukung dengan suku cadang dan perawatan lagi. Ini masalah nyata jika mereka kehilangan sertifikat kelaikan udara mereka, yang dapat terjadi jika catatan yang tepat tidak disimpan, atau terutama jika mereka dikanibal untuk suku cadang,” kata Richard Aboulafia, direktur pelaksana AeroDynamic Advisory seperti dilaporkan CNN, Rabu (16/3/2022). (ATN)
Discussion about this post