ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Kapuas Prima Coal Tbk (“ZINC”), Emiten yang
bergerak di bidang pertambangan logam dasar (Galena) di Indonesia, menyiapkan dana USD3 – 4 juta dolar pertahun untuk pengembangan dan eksplorasi lahan tambang Perusahaan.
Luas tambang Perseroan yang memproduksi logam dasar yang terdiri dari konsentrat Timbal (Pb), konsentrat Seng (Zn) dan Perak (Ag) tersebut saat ini sebesar 5,569 Ha, dengan area yang baru di produksi sebesar 390 Ha.
Langkah ini diambil karena besarnya pangsa pasar dan menjaga keberlanjutan usaha Perusahaan untuk memastikan adanya cadangan yang cukup untuk jangka panjang.
Sebelumnya, ZINC juga telah
mengumumkan kenaikan sumberdaya
Galena yang dimiliki perusahaan. Jumlah sumber daya Perusahaan per Agustus 2020 mencapai 23,33 juta ton, meningkat dari data sebelumnya sebesar 14,44 juta ton pada tahun 2018.
Potensi sumberdaya dan cadangan ZINC sendiri masih cukup besar karena sampai saat ini Perseroan baru berproduksi dilahan seluas 390 Ha,
atau sekitar 7 persen dari total luas IUP
yang dimiliki.
Direktur ZINC Hendra William mengatakan, jumlah sumberdaya dan
cadangan Galena yang dimiliki oleh ZINC telah mengacu pada standar JORC (Joint Ore Reserves Committee).
“Kami merasa bersyukur atas keluarnya hasil terbaru dari penilaian terhadap sumberdaya tersebut sehingga hasil JORC ini menjadi sentimen positif terhadap keberlanjutan pengembangan perusahaan dan peningkatan nilai pemegang saham. Sementara untuk laporan cadangan mineral masih dalam proses yang dimana kami antisipasi masih memerlukan waktu sekitar 1-2 bulan lagi dari sekarang,” jelas Hendra melalui keterangan tertulisnya, Selasa (15/9/2020).
ZINC juga telah melakukan investasi
dengan membangun dua pabrik smelter masing-masing untuk smelter Timbal (Pb) dan smelter Zinc (Zn). Saat ini
pembangunan smelter Timbal sudah
mencapai 99 persen dan ditargetkan dapat melakukan produksi pada kuartal pertama tahun depan.
Sementara untuk smelter Seng ditargetkan dapat berproduksi pada tahun 2022. Selain itu, melihat pasar komoditas secara umum telah bergerak naik sejak Juli 2020, Perseroan pun membuka kembali wacana untuk melakukan produksi bijih besi dalam
negeri.
“Tentunya hal ini jika dapat terealisasi dapat memberikan nilai tambah yang positif bagi Perseroan ke depannya,” imbuhnya.
Dapat diketahui pada saat ini harga bijih besi 62 persen berada pada kisaran harga $110,-/ton.
“Kami melihat kedua komoditas ini sangat memiliki prospek yang positif, karena kebutuhan pangsa pasar domestik masih sangat besar dan sangat bergantung terhadap impor untuk memenuhi kebutuhan komoditas ini setiap tahunnya, sekaligus proyek smelter ini sudah sejalan dengan program pemerintah untuk bisa memenuhi kebutuhan lokal (hilirisasi) dan mengurangi jumlah impor,” pungkas Hendra. (AT Network)
Discussion about this post