ASIATODAY.ID, BEIJING – China meluncurkan radar canggih yang dapat mendeteksi pesawat siluman, termasuk drone atau pesawat nirawak, serta rudal jelajah terbang rendah.
Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (24/4/2021), China terus secara agresif meningkatkan kemampuan tempurnya dan memperluas kekuatan militernya di tengah ketegangan yang muncul di wilayah tersebut.
Diantara berbagai produk yang ditampilkan di pameran Nanjing, yang berakhir pada Sabtu (24/4), radar portabel dan multiguna termasuk salah satunya. Menurut publikasi milik negara, Global Times, radar itu dapat dibawa oleh seorang tentara.
Peralatan tersebut dijuluki “terminator drone” karena kemampuannya untuk mendeteksi target kecil dan lambat yang menyatu di bawah gelombang kebisingan yang kuat dengan terbang dekat ke tanah.
Radar China disebut “radar YLC-48” dapat “secara efektif mendeteksi dan melacak target yang masuk dari sudut mana pun”, menurut pengembangnya, Institut Riset No 14 dari China Electronics Technology Group Corporation (CETC) milik pemerintah.
“Radar menggunakan sirkuit terintegrasi digital, dan dapat dipasang pada semua jenis platform senjata ringan, dapat melakukan misi dalam segala kondisi cuaca, dan dapat dengan cepat dikerahkan dan ditarik,” kata laporan itu.
Lembaga tersebut juga dilaporkan telah mengembangkan Sistem Pertahanan Anti-UAV (AUDS) untuk radar, meningkatkan kemampuan pertahanan negara “di wilayah sensitif”.
Ketika pandemi virus corona melanda di seluruh dunia dalam satu tahun terakhir, ketegangan juga telah muncul di wilayah tersebut karena berbagai masalah. China telah menemukan dirinya dalam jalur langsung bentrokan politik dengan Amerika Serikat.
Washington dan Beijing tetap berselisih mengenai kebijakan China di Hong Kong dan perlakuannya terhadap orang Uighur di wilayah barat laut Xinjiang – masalah yang dianggap Beijing sebagai urusan dalam negeri.
China juga khawatir dengan meningkatnya kedekatan antara AS dan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai provinsi pemberontak.
Tahun lalu, China mengancam untuk “membuat tanggapan yang sah dan perlu” setelah AS menyetujui penjualan sistem senjata canggih senilai US$ 1,8 miliar ke Taiwan. (ATN)
Discussion about this post