• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Gawat, Indonesia Alami Defisit Ekologi Hingga 42 Persen

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
February 11, 2021
in Sains & Lingkungan
2 min read
0
Bencana Iklim, Para Ilmuwan Serukan Berhenti Membuat Kerusakan di Muka Bumi

Degradasi hutan. Dok Greenpeace

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
58 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Krisis ekologi di Indonesia kian menjadi sorotan. Pasalnya, berdasarkan data Global Footprint Network tahun 2020, Indonesia mengalami defisit ekologi hingga 42 persen. Angka ini menunjukkan, konsumsi terhadap sumberdaya lebih tinggi daripada yang saat ini tersedia dan akan menyebabkan daya dukung alam terus berkurang.

“Kebijakan pembangunan ekonomi di Indonesia masih belum memperhatikan modal alam secara serius,” ungkap guru besar IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Prof Dr Akhmad Fauzi, dilansir dari laman IPB University, Kamis (11/2/2021).

Menurut Akhmad, saat ini indeks modal alam Indonesia masih rendah yaitu di urutan 86. Padahal negara tropis umumnya ada di peringkat 10 besar urutan index modal alam.

RelatedPosts

Indonesia Dikecam Malaysia dan Singapura Akibat Asap Karhutla

Jerman Gelontorkan Rp41,25 Triliun untuk Indonesia Bangun Infrastruktur Hijau

Ilmuwan Temukan ‘Gliese’, Planet Mirip Bumi yang Cocok untuk Studi

Atasi Pemanasan Global, Pemerintah di Dunia harus Tingkatkan Dana Emisi Karbon

Mencari Inovator SDGs, SEED Awards 2021 Kembali Digelar

“Terdapat kerusakan yang cukup masif pada alam di Indonesia. Kerusakan alam ini misalnya disebabkan oleh alih fungsi lahan. Laju pencemaran lingkungan khususnya air juga tinggi. Selain itu keberagaman alam juga sudah semakin berkurang. Hal ini membuat perekonomian nasional kita melemah. Mengabaikan modal alam berakibat memperbesar angka ketimpangan ekonomi,” jelas Akhmad.

Hal itu juga yang ditekankan olehnya dalam diskusi yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Barat, Jumat (5/2/2021). Akhmad menegaskan bahwa, pembangunan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari kelestarian lingkungan. Selain itu, kearifan lokal yang ada di masyarakat juga harus diperhatikan dengan baik.

“Biasanya pembangunan yang menyertakan kearifan lokal masyarakat akan selaras dengan kelestarian lingkungan. Sehingga penting bagi Indonesia untuk melakukan upaya dalam memperbaiki paradigma pembangunan ke arah yang lebih berkelanjutan,” imbuh Akhmad.

Dalam merespons kebijakan saat ini, Akhmad memandang pemerintah Indonesia perlu melakukan reorientasi pengelolaan modal dalam pembangunan wilayahnya melalui beberapa strategi.

Strategi pertama, adalah dengan mengembangkan faktor untuk meningkatkan kompleksitas produktivitas sumberdaya untuk meningkatkan nilai tambah sebuah produk.

Kedua, adalah memanfaatkan sumberdaya dengan kearifan lokal yang ada di masyarakat. Selama ini, ekstraksi sumberdaya alam sering menimbulkan fenomena hysterisis, yaitu dampaknya yang berlangsung lama meski penyebabnya sudah diatasi.

“Misalnya dampak akibat penggundulan hutan. Strateginya adalah menggunakan pengetahuan lama untuk melakukan sebuah terobosan baru. Membangkitkan ekonomi daerah lewat sumberdaya lokal, membangkitkan perekonomian daerah,” jelasnya.

Strategi lain terkait dengan harga sumber daya alam di pasar yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya yang di alam. Karena itu, penting untuk memahami biaya yang harus dibayar oleh generasi selanjutnya akibat kerusakan dari alam.

“Ekstraksi sumberdaya alam bukan hanya untuk satu generasi saja. Tata kelola modal alam harus terus diperbaiki untuk kesejahteraan generasi saat ini dan mendatang,” tandasnya. (ATN)

Tags: Bencana EkologiDegradasi HutanDeplesi EkologiGlobal Footprint NetworkKrisis EkologiPencemaran Lingkungan
Previous Post

Relasi AS-China Mencair, Joe Biden dan Xi Jinping Mulai Dialog

Next Post

Hadapi China, Filipina Pertahankan Perjanjian Militer dengan AS

Related Posts

Banjir Mengepung Indonesia, Defisit Ekologi Jadi Sorotan
Sains & Lingkungan

Banjir Mengepung Indonesia, Defisit Ekologi Jadi Sorotan

February 21, 2021
Banjir Kalsel: KLHK Klaim Karena Anomali Cuaca, Bukan Soal Luas Hutan
Sains & Lingkungan

Banjir Kalsel: KLHK Klaim Karena Anomali Cuaca, Bukan Soal Luas Hutan

January 20, 2021
Jokowi Soroti Degradasi DAS Barito, Pemicu Banjir di Kalimantan Selatan
Sains & Lingkungan

Areal Hutan DAS Barito di Kalimantan Selatan Sudah Habis 62,8 Persen

January 19, 2021
Hari-hari Terakhir Hutan Kalimantan
Sains & Lingkungan

Hari-hari Terakhir Hutan Kalimantan

January 19, 2021
Jokowi Soroti Degradasi DAS Barito, Pemicu Banjir di Kalimantan Selatan
Sains & Lingkungan

Jokowi Soroti Degradasi DAS Barito, Pemicu Banjir di Kalimantan Selatan

January 19, 2021
Atasi Limbah Medis, LIPI Hadirkan Inovasi Rekristalisasi
Sains & Lingkungan

Atasi Limbah Medis, LIPI Hadirkan Inovasi Rekristalisasi

January 19, 2021
Next Post
Hadapi China, Filipina Pertahankan Perjanjian Militer dengan AS

Hadapi China, Filipina Pertahankan Perjanjian Militer dengan AS

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Kolaborasi Dubai’s Port, Indonesia Makin Mantap Jadi Hub Perdagangan Asia dan Global
  • Indonesia Siap Jadi Hub Logistik Global
  • Kolaborasi Rumah Kisah dan KidsLoop Gerakkan Pembelajaran Global
  • Operasi Dini Hari, Militer Myanmar Tangkap Sejumlah Orang
  • Cetak Rekor Baru, Ekspor China Melejit 150 Persen
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.