ASIATODAY.ID, JAKARTA – Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan utang publik global akan mencapai rekor tertinggi hingga 100 persen dari PDB pada tahun ini.
“Tingkat utang banyak negara meningkat karena respons fiskal mereka terhadap krisis dan kerugian besar pada output dan pendapatan,” kata Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Selasa (6/10/2020).
Sementara itu, pasar berkembang dan negara berpenghasilan rendah dan rapuh terus menghadapi situasi genting.
Menurut Georgieva, negara tersebut memiliki sistem kesehatan yang lebih lemah. Selain itu, negara-negara ini sangat terekspos pada sektor yang paling terdampak, seperti pariwisata dan ekspor komoditas.
“Dan mereka sangat bergantung pada pembiayaan eksternal,” ujarnya.
Georgieva melihat likuiditas yang melimpah dan suku bunga rendah memang membantu banyak negara berkembang mendapatkan kembali akses ke pinjaman, tetapi tidak satu pun negara di Afrika Sub-Sahara yang menerbitkan utang luar negeri sejak Maret.
Tingkat keparahan krisis global ini juga dibayangi oleh risiko kemerosotan ekonomi yang parah akibat kehilangan pekerjaan, kebangkrutan dunia usaha, dan gangguan pendidikan.
“Karena hilangnya kapasitas ini, kami memperkirakan output global akan tetap jauh di bawah proyeksi pra-pandemi kami dalam jangka menengah. Untuk hampir semua negara, ini akan menjadi kemunduran bagi peningkatan standar hidup,” jelasnya.
Dikatakan, krisis ini juga membuat ketimpangan semakin parah karena dampaknya yang tidak proporsional terhadap pekerja berketerampilan rendah, perempuan, dan kaum muda.
Juli lalu, Institute for International Finance (IIF) melaporkan utang global melonjak ke rekor USD258 triliun pada kuartal pertama tahun 2020 karena ekonomi di seluruh dunia terdampak lockdown untuk menahan pandemi virus Corona.
IIF yang mewakili bank dan lembaga keuangan global, mengatakan rasio utang terhadap PDB kuartal pertama melonjak lebih dari 10 poin persen, lonjakan kuartalan terbesar dalam catatan mencapai rekor 331 persen.
Kenaikan tingkat utang jauh di bawah rata-rata kenaikan triwulanan yang terlihat dari 2015 hingga 2019.
IIF melihat laju penumpukan utang global oleh pemerintah, perusahaan, lembaga keuangan, dan rumah tangga telah meningkat sejak Maret.
Penerbitan utang bruto secara keseluruhan mencapai rekor tertinggi, yakni sebesar USD12,5 triliun pada kuartal kedua, dibandingkan dengan rata-rata kuartalan sebesar USD5,5 triliun pada 2019. Tercatat, penerbitan utang tersebut berasal dari penerbitan utang pemerintah.
“Sementara peningkatan tingkat utang meningkatkan kekhawatiran tentang keberlanjutan utang, lebih dari 92 persen utang pemerintah adalah tingkat investasi,” tulis laporan tersebut.
Sementara utang di pasar yang berkembang mencapai 392 persen dari PDB, naik dari 380 persen pada 2019, dengan kenaikan rasio utang di luar sektor keuangan yang paling menonjol di Kanada, Prancis, Norwegia, dan Amerika Serikat. (ATN)
Discussion about this post