ASIATODAY.ID, JAKARTA – Degradasi hutan mangrove (bakau) di Indonesia kian memprihatinkan. Pasalnya, hutan mangrove saat ini hanya tersisa 54 persen.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), luas mangrove Indonesia pada tahun 2019 mencapai 3,311 juta hektare, terluas di dunia.
Namun jika dilihat dari data historis, luasan mangrove Indonesia sejak tahun 1980 sampai tahun 2019 diketahui bahwa luas ekosistem mangrove nasional telah berkurang sangat besar hingga mencapai 54 persen.
Untuk mengembalikan luasan ekosistem mangrove yang hilang dan merehabilitasi ekosistem pesisir yang rusak, dibutuhkan upaya konservasi secara berkelanjutan.
Sebab, ekosistem mangrove memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat pesisir sehingga perlu mendapat perhatian lebih agar keberadaannya tetap dipertahankan dan terhindar dari kerusakan.
Untuk menjawab hal itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai agresif merehabilitasi ekosistem pesisir, salah satunya melalui penanaman ribuan bibit mangrove yang dilakukan di pesisir Desa Gampong Baru, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
Menurut Plt. Dirjen PRL, Tb Haeru Rahayu, selain untuk pemulihan ekosistem pesisir, kegiatan penanaman bibit mangrove yang dilakukan secara padat karya ini merupakan bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Pada tahun 2020, KKP memiliki target untuk melakukan perbaikan kondisi ekosistem mangrove dengan penanaman mangrove seluas 200 Ha di 12 lokasi, salah satunya di Kabupaten Aceh Jaya,” jelas Tebe, sapaan akrabnya melalui keterangan tertulisnya, Senin (12/10/2020).
Sementara itu, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P4K) Muhammad Yusuf mengungkapkan, penanaman mangrove yang telah digelar dari tanggal 1-7 Oktober 2020 dilakukan secara padat karya oleh Kelompok Ekowisata Gampong Baro dan masyarakat sekitar pada area seluas 25 hektare.
“Bibit mangrove yang ditanam sebanyak 82.500 batang dari jenis Rhizopora sp. Bibit ini adalah hasil penyemaian yang dilakukan oleh penggiat konservasi mangrove,” ungkap Yusuf.
Yusuf berharap ke depan lokasi penanaman bibit mangrove ini dapat dikembangkan sebagai lokasi ekowisata dan destinasi wisata bahari di Aceh sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat pesisir. (ATN)
Discussion about this post