ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia secara perlahan terus membangun kawasan industri digital.
Sejak tahun 2005, Kementerian Perindustrian telah membangun 14 pusat-pusat pertumbuhan telematika, antara lain di Jakarta, Depok, Bandung, Cimahi, Semarang, Bali, dan lainnya.
Melalui pusat pertumbuhan telematika tersebut, Kemenperin menggelar kegiatan-kegiatan yang ditujukan bagi para startup industri digital, di antaranya inkubasi, pendampingan, dan pelatihan sertifikasi. Selain itu, mereka mendapatkan fasilitasi bantuan peralatan untuk keperluan produksi seperti server, render farm, motion capture, komputer, printer, dan peralatan kantor lainnya.
Target membentuk sejumlah kawasan pengembangan pusat teknologi dan inovasi atau yang biasa dikenal dengan sebutan technopark terus didorong.
Hingga saat ini, Kemenperin telah menginisiasi terbentuknya lima pusat pengembangan industri digital (Digital Technopark).
Digital Technopark tersebut tersebar di Batam dengan pusat desain ponselnya, Bandung Technopark, IBC Semarang, TohpaTI Center/BCIC dengan pusat pengembangan animasi, dan Technopark Makassar.
“Beberapa technopark tersebut dikembangkan sebagai pusat inovasi teknologi pengembangan produk, baik berupa hardware ataupun software yang didukung kolaborasi stakeholder terkait, termasuk para pelaku usaha dan perguruan tinggi,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier di Jakarta, Jumat (17/9/2021).
Taufiek menjelaskan, Kemenperin berkolaborasi dengan berbagai stakeholder dalam mengembangkan Virtual Technopark sebagai solusi keterbatasan tatap muka dan membuka ruang kerja sama yang lebih luas.
Hal ini ditandai melalui penandatangan MoU pengembangan Virtual Technopark secara hybrid dari Jakarta dan Surabaya antara Kemenperin dengan Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Indosat Ooredoo, dan Polytron.
“Kerja sama dengan banyak pihak, asosiasi, akademisi, perusahaan serta stakeholder yang lain akan membuat Virtual Technopark ini menjadi semakin berkembang dan turut dapat mendukung terciptanya industri yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan bangsa, pemenuhan kebutuhan SDM yang kompeten untuk bekerja pada Sektor industri 4.0, serta riset dan prototype untuk mendukung transformasi digital sektor industri unggulan,” paparnya.
Dirjen ILMATE menjelaskan, perkembangan teknologi yang pesat saat ini mengikuti kondisi yang sedang berkembang, di antaranya memberikan solusi-solusi dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.
“Sudah mejadi keseharian kita untuk bekerja dan belajar dari rumah. Guna memberikan salah satu solusi terhadap keterbatasan bekerja, bertemu dan berinteraksi saat ini, Technopark-pun harus berevolusi menjadi Virtual Technopark,” ungkapnya.
Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, Ali Murtopo Simbolon menyampaikan, Virtual Technopark tidak hanya akan dikembangkan dalam bentuk fisik dan fokus pada area tertentu seperti yang ada saat ini, tetapi akan bisa menjangkau ke seluruh Indonesia.
Menurut Ali, Virtual Technopark akan menghapuskan berbagai keterbatasan. Misalnya, memberikan kesempatan untuk mendaftarkan diri kepada startup yang saat ini belum bisa tergabung dalam technopark secara fisik.
“Para startup bisa mengikuti program pendampingan dan menjadikan Virtual Technopark sebagai showcase bagi produk-produknya, pengembangan RnD, serta masih banyak lagi,” tuturnya.
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya mengakui, Virtual Technopark juga akan membuka ruang kolaborasi yang lebih luas bagi semua pihak, yang pada akhirnya membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia.
“Asosiasi mendukung kolaborasi ini agar dapat berkembang lebih jauh dengan Virtual Technopark menjadi supermarket pengembangan hingga pemasaran berbagai solusi dan talent di bidang telematika, khususnya berbasis IoT,” ujarnya.
Dengan adanya virtual technopark akan memudahkan para pelaku industri digital dalam membangun portofolio dengan menjadikannya sebagai showcase bagi produk-produk, pengembangan RnD, hingga pemasaran atau mencari investor.
Kerja sama antara Kemenperin dengan ITS sudah memiliki sejarah panjang dan meliputi banyak sektor industri. Pengembangan Virtual Technoparkakan menjadikan salah satu capaian baru dalam kerja sama tersebut. Melalui kesempatan ini, ITS dapat membuktikan kualitasnya dalam mencetak SDM unggul, serta mampu menjadi salah satu ekosistem pendukung pertumbuhan industri nasional.
Sebelumnya, Kemenperin juga telah memfasilitasi temu bisnis potensial di luar negeri seperti di Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia. Selain itu, melaksanakan program magang SDM telematika pada ICT center luar negeri seperti di Korea, menggerlar festival dan lomba Increfest (Festival Industri Kreatif Telematika) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008, serta memfasilitasi promosi investasi dalam dan luar negeri seperti Communic Asia mulai 2005 dan CeBIT mulai tahun 2012. (ATN)
Discussion about this post