ASIATODAY.ID, SEMARANG – Investasi sektor farmasi di Provinsi Jawa Tengah terus bergulir.
Kali ini, PT Sampharindo Retroviral Indonesia (SRI), hasil joint venture antara perusahaan farmasi India, Macleods Pharmaceutical dengan perusahaan farmasi lokal PT Sampharindo Perdana resmi membuka Pabrik Farmasi Antiretroviral di Semarang, Jawa Tengah.
Dengan investasi senilai Rp90 miliar, pabrik ini akan menjadi produsen obat untuk pengobatan dan perawatan infeksi oleh retrovirus pertama di Indonesia.
Presiden Direktur PT Sampharindo Perdana M. Syamsul Arifin mengatakan Macleods Pharmaceutical dalam hal ini memiliki porsi kepemilikan 49 persen dan perseroan 51 persen. Alhasil, keseluruhan komponen produksi berasal dari lokal dan diutamakan untuk pasar domestik.
“Kami hanya impor mesin untuk granulasi dari India, dan alat cetak termasuk kemasan dari Korea. Kebutuhan obat ini juga 80 persen untuk pasar lokal, sisanya ekspor ke Mesir, negara-negara di Afrika Utara dan lainnya,” ujar dia melalui keterangan tertulisnya yang diterima Minggu (1/3/2020).
Menurut Syamsul, pabrik farmasi ini lahir dari pengamatan terhadap kasus Orang Dengan HIV AIDS atau ODHA di Indonesia yang tergolong tinggi, mencapai 600.000 jiwa, sedangkan yang baru berhasil diobati 17 persen. Padahal mengacu pada WHO, di satu negara harus minimum 90 persen yang terdeteksi HIV/AIDS mendapat pengobatan.
Syamsul berharap hadirnya pabrik farmasi antiretroviral ini menjadi solusi pasokan obat HIV/AIDS dalam negeri. Dengan kemudahan jangkauan ketersediaan dalam negeri, maka harga yang didapat konsumen nantinya juga akan lebih murah dibanding obat impor lainnya.
“Tahun pertama ini kami maksimalkan kapasitas produksi pada 150 juta obat dan dalam lima tahun pertama kami akan targetkan produksi hingga 500 juta dan selanjutnya meningkatkan investasi kembali untuk perluasan,” terang Syamsul. (ATN)
Discussion about this post