• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
  • Arabic
  • Chinese (Simplified)
  • English
  • French
  • German
  • Indonesian
  • Korean
  • Norwegian
  • Russian
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Krisis Batubara Indonesia harusnya Jadi Mementum Transisi Energi

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
January 13, 2022
in Energi Hijau
2 min read
0
PLTU Pertama Berteknologi USC Terbesar di Indonesia Mulai Beroperasi

PLTU Jawa 7. ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Larangan ekspor batubara dari Pemerintah Indonesia seperti sebuah drama. Padahal sejatinya itu indikasi bahwa Indonesia sedang mengalami krisis energi batubara.

“Krisis batubara itu sebenarnya momentum bagi pemerintah untuk melakukan transisi energi terbarukan,” ujar Sisilia Nurmala Dewi, Koordinator Indonesia Team Leader 350.org, Kamis (13/1/2022).

Indonesia resmi melarang seluruh perusahaan batubara melakukan ekspor mulai 1 Januari 2022. Upaya tersebut dilakukan di tengah kekhawatiran terhadap rendahnya pasokan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam negeri.

RelatedPosts

Transisi Energi Hijau: Prioritas Indonesia, Kawasan dan Global

PLN Indonesia Raih Pendanaan dari ADB Senilai Rp8,5 Triliun

Industri Hijau di Indonesia Mampu Hemat Energi Hingga Rp3,2 Triliun

Indonesia Tak akan Ekspor EBT ke Negara Manapun, Termasuk Singapura

Pertamina Kolaborasi Air Liquide Kembangkan Teknologi CCU di Kilang Balikpapan

Berdasarkan surat yang ditandatangani Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin, larangan ekspor batubara ini berlaku hingga 31 Januari 2022. Namun tiba-tiba, pemerintah kembali mengizinkan kegiatan ekspor batubara secara bertahap.

Drama larangan ekspor batubara itu, menurut Sisilia Nurmala Dewi, menunjukan bahwa ada beberapa pihak yang ingin menutupi fakta bahwa batubara tidak bisa dijadikan andalan untuk ketahanan energi nasional.

“Cepat atau lambat, krisis energi batubara akan terjadi, karena batubara memang bukan energi yang bisa diperbarui,” jelasnya.

“Seperti halnya, krisis iklim, krisis batubara akan datang lebih cepat daripada yang diperkirakan oleh semua pihak,” imbuhnya.

Menurut Sisil, krisis batubara ini jika terus ditutupi dengan serangkaian drama, akan terus berulang bila pemerintah tidak segera berpindah ke energi terbarukan.

“Indonesia memiliki banyak sekali potensi energi terbarukan, dari matahari, angin, gelombang air laut dan sebagainya, namun nampaknya, pemerintah tidak serius menggarapnya karena dimanjakan oleh energi batubara,” jelasnya.

Padahal, lanjut Sisil, energi batubara selain tidak terbarukan juga berbahaya bagi lingkungan hidup.

“Limbah batubara berbahaya bagi kesehatan, emisinya menyebabkan krisis iklim global. Bahkan seringkali tambang batubara menimbulkan konflik sosial dan agraria dengan masyarakat sekitar,” urainya.

Tidak seriusnya pemerintah dalam melakukan transisi energi terbarukan nampak dari bank-bank milik negara yang masih mendanai proyek-proyek batubara.

“Bank-bank BUMN, seperti BNI, justru memilih masih mendanai batubara,” tegasnya.

“Hingga kini belum ada komitmen dari bank-bank BUMN itu untuk menghentikan pendanaan ke batubara.”

Beberapa elemen masyarakat sudah melakukan desakan agar bank-bank milik negara berhenti mendanai batubara.

Anak-anak muda di kampus mulai melayangkan petisi ke Direktur BNI untuk mendesak bank itu menghentikan pendanaan ke batubara.

Baik, pemerintah maupun bank BUMN di Indonesia, menurut Sisil, nampaknya tidak begitu serius melihat krisis energi dan iklim di negeri ini.

“Mereka memilih melakukan lip service untuk melindungi kepentingan jangka pendek,” tegasnya.

“Sementara ketahanan energi nasional dan juga keselamatan warga yang teracam oleh operasional tambang batubara serta krisis iklim tidak menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan itu.” (AT Network)

Tags: BatubaraEnergi Baru TerbarukanGreen EnergyIndonesia Team LeaderKrisis Energi
Previous Post

Pluang, Aplikasi Investasi Terdepan di ASEAN Raih Pendanaan Tambahan USD55 Juta

Next Post

Konsumsi Energi Global Diproyeksi Pulih Tahun ini

Related Posts

‘Jangan Bekerja untuk Perusak Iklim’
Sains & Lingkungan

‘Jangan Bekerja untuk Perusak Iklim’

May 28, 2022
G20: Dunia Hadapi Ancaman Ketahanan Pangan dan Energi
News

G20: Dunia Hadapi Ancaman Ketahanan Pangan dan Energi

May 27, 2022
ADB Siapkan Dana USD80 Miliar untuk Aksi Iklim di Asia Pasifik
Energi Hijau

Transisi Energi Hijau: Prioritas Indonesia, Kawasan dan Global

May 24, 2022
Indonesia Bangun 25 Sistem Smart Grid Hingga 2024
News

Krisis Energi Global, Sejumlah Negara Terancam Gelap Gulita

May 23, 2022
Presiden WEF: Posisi Indonesia sebagai GCRG Sejalan dengan Agenda Global
News

Presiden WEF: Posisi Indonesia sebagai GCRG Sejalan dengan Agenda Global

May 23, 2022
ADB Gelontarkan Rp8,58 Triliun ke PLN Bangun Energi Hijau di Indonesia
Energi Hijau

PLN Indonesia Raih Pendanaan dari ADB Senilai Rp8,5 Triliun

May 21, 2022
Next Post
Konsumsi Energi Global Diproyeksi Pulih Tahun ini

Konsumsi Energi Global Diproyeksi Pulih Tahun ini

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Sudah 24 Jam, Jejak Emmeril Khan di Sungai Aare, Swiss Belum Terdeteksi
  • China dan Rusia Bersatu Gagalkan Upaya AS Sanksi Korea Utara
  • GPDRR Bali: Hanya 95 Negara yang Memiliki Sistem Peringatan Dini Multi-Bahaya
  • UNICEF: Negara-negara Terkaya di Dunia Merusak Kesehatan Anak di Seluruh Dunia
  • ‘Jangan Bekerja untuk Perusak Iklim’
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKoreanNorwegianRussian