ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pelindo II atau Indonesia Port Corporation (IPC) akhir tahun 2019 ini merayakan ulang tahunnya yang ke-27. IPC telah menyusun road map hingga 2024, dimana pada 2024, IPC memiliki target menjadi Fasilitator Perdagangan Kelas Dunia.
Pada 2 Desember 2019 lalu, di ruangan lantai dua Museum Maritim Indonesia di Tanjung Priok digelar Chainport Academy 2019. Giat ini merupakan agenda tahunan sebagai wadah kemitraan di antara pengelola pelabuhan besar di dunia.
Di forum ini, para CEO pelabuhan dari sejumlah negara berkumpul dan berdiskusi tentang kolaborasi & inovasi, digitalisasi, serta menginisiasi green sustainability environment.
Mereka yang hadir antara lain top manajemen dari pelabuhan Hamburg (Jerman), Los Angeles (Amerika Serikat), Rotterdam (Belanda), Barcelona (Spanyol), Montreal (Kanada), Busan (Korea), dan Pelabuhan Yokohama (Jepang), serta Sekjen International Association of Ports & Harbours (IAPH). Tahun ini yang absen adalah port Shanghai, Singapore, Panama, dan Antwerp.
Chainport Academy 2019 kali ini mengusung topik digitalisasi, dengan fokus pada isu cyber reslilience/security, teknologi 5G, automation, freight marketplace, serta digital twins/drones. Forum ini juga membahas kolaborasi untuk memperkuat konektivitas global, dengan memperhatikan karakterisitik pelabuhan-pelabuhan di Asia.
Tahun-tahun sebelumnya kegiatan ini diadakan di Amerika dan Eropa. Namun kali ini IPC ditunjuk sebagai tuan rumah yang mewakili Asia, karena para peserta ingin mengetahui lebih dekat transformasi pelabuhan di negara-negara Asia yang berperan sangat besar dalam lalu lintas perdagangan global.
Menurut Ditrektur Utama IPC Elvyn GMasassya, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC siap berkolaborasi dalam kemitraan multilateral untuk memperkuat konektivitas global di sektor maritim. Kemitraan ini nantinya akan merespons berbagai tantangan ekonomi dunia serta tumbuh pesatnya kebutuhan layanan di sektor maritim dan logistik.
“Kemitraan multilateral terus kami bangun dengan operator pelabuhan dan operator pelayaran global. Melalui kemitraan ini, kami bertukar informasi serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan transformasi digital,” kata Elvyn, dalam sambutan acara Chainport Academy 2019, menyitat kominfo, Jumat (6/12/2019).
Menurutnya, era digital sudah merambah ke semua sektor. Di sisi lain, kapasitas kapal pelayaran semakin besar dengan volume muatan yang juga terus meningkat. Sebagai pengelola pelabuhan, IPC meresponsnya dengan mempercepat transformasi digital, sehingga layanan digital yang sudah diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok, siap diimplementasikan di 11 kantor cabang pelabuhan IPC lainnya pada tahun 2020.
IPC, khususnya Pelabuhan Tanjung Priok sudah menggunakan aplikasi marine operation system (MOS), vessel management system (VMS), dan vessel traffic system (VTS) untuk memonitor dan memantau pergerakan kapal. Di sisi darat, IPC membangun terminal operating system (TOS) dan nonpeti kemas terminal operating system, serta auto tally untuk bongkar muat kontainer. IPC juga menyiapkan container freight station (CFS), buffer area, DO online, auto gate, car terminal operating system, reception facility, serta truck identification. Semuanya untuk mengidentifikasi pengemudi dan tujuan pengiriman barang.
“Sebagian dari teknologi digital itu sudah digunakan di beberapa kantor cabang. Namun tahun depan kami akan upayakan agar semua aplikasi digital itu bisa dioperasikan di semua cabang, agar terbangun standarisasi layanan kepelabuhanan yang lebih cepat, mudah, dan lebih murah,” jelas Elvyn.
Chainport Academy menjadi sarana untuk memberikan saran terkait dengan perkembangan bisnis, kolaborasi dan inovasi, digitalisasi di masing-masing pelabuhan dan inisiatif sustainability environment (greenport). Masing-masing pelabuhan anggota memaparkan issue atau project terkini di pelabuhan masing-masing dan peserta lainnya memberikan tanggapan dan masukan. Best practice-nya bisa untuk di-share dan diimplementasikan di pelabuhan anggota lainnya
Setelah pada 2 tahun lalu dilaksanakan di benua Eropa, tahun lalu di benua Amerika, kini giliran Asia menjadi tuan rumah Chain Port Academy. Dan IPC sendiri diminta menjadi host karena mereka ingin tahu perkembangan negara di Asia dalam pengelolaan pelabuhan dan digitalisasi, Asia Case. Hal ini menarik karena berbeda dalam hal maturity dan transisi dari konvensional ke digital, kombinasi tenaga kerja, dan teknologi. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post