ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia bertekad menjadi basis industri halal di dunia.
Untuk mencapai visi itu, Badan pengelola Masjid Istiqlal bersama BIG Indonesia meluncurkan program Istiqlal Indonesia Halal Centre (IIHC). Program ini khusus untuk mendorong perusahaan rintisan atau startup barbasis halal.
“Agenda strategis yang akan dikembangkan oleh IIHC adalah kolaborasi ekosistem halal program,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, melalui keterangan persnya, Rabu (23/12/2020).
Menurut Nasaruddin, saat ini program halal Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga di Asia seperti Thailand, bahkan Jepang. Padahal, umat muslim di dua negara tersebut bukan mayoritas seperti di Indonesia.
“Ini tentu menjadi point penting dan agak miris. Thailand dan Jepang umat Islamnya tidak sebesar Indonesia, tetapi mereka begitu ambisius menjadi tuan rumah terhadap program halal,” jelasnya.
Nasaruddin mengungkapkan, Istiqlal bisa menjadi inkubator yang dapat melahirkan potensi-potensi luar biasa. Pasalnya, saat ini Indonesia sudah mempunyai regulasi terkait produk halal dan juga didukung oleh pemerintah serta fasilitas lain.
“Karena itu, Istiqlal hadir terutama untuk UMKM. Sudah saatnya ekonomi produk halal ini menjadi suatu yang menjanjikan di masa depan,” imbuhnya.
IIHC mengusung lima program khusus, meliputi inkubator dan akselerator produk halal Indonesia; platform aplikasi E-Istiqlal 2021; galeri produk halal; area store atau kawasan jual beli produk halal; dan co-working space bersama pelaku IKM dan UMKM Indonesia.
Sementara itu, Direktur IIHC Retno Sumekar menyatakan bahwa melalui program tersebut, Masjid Istiqlal tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjalankan aktivitas yang membawa kemanfaatan kepada masyarakat luas secara universal.
“Wajah baru Masjid Istiqlal di samping untuk ibadah dan dakwah, kini juga didayagunakan untuk mengkaji ilmu, berkesenian, menjalankan kegiatan sosial, juga pusat kegiatan ekonomi umat,” jelasnya.
Menurut Retno, Masjid Istiqlal memiliki potensi besar untuk menjalankan lima program tersebut guna mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
“Barometernya dapat dilihat dari banyaknya jumlah jemaah dan pengunjung masjid pada setiap hari yang dapat diprediksi sebagai captive market,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post