• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Global Warming Picu Gelombang Panas Laut dan Kematian Massal Ubur-Ubur di Dunia

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
March 25, 2021
in Sains & Lingkungan
1 min read
0
Auto Draft

Kematian massal Ubur-ubur di pesisir pantai. Dok

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
55 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemanasan global yang ekstrem telah memicu terjadinya gelombang panas air laut dan mengakibatkan kematian massal Ubur-ubur di sepanjang pantai 1.000 kilometer di seluruh dunia. Kematian ini tercatat mulai tahun 2015 hingga tahun 2019 lalu.

Julia Parrish, seorang profesor University of Washington mengatakan, selama pengamatannya ia menemuka banyak bangkai ubur-ubur terdampar disejumlah pantai.

“Di sana mereka mati dan menutupi pasir pantai yang putih,” katanya dikutip Science Alert, Kamis (25/3/2021).

RelatedPosts

Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim

Diplomasi Anies Baswedan Jadi Rujukan PBB dalam Aksi Iklim Global

Indonesia Lebih Mampu Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan Dibanding AS, UE dan Australia

Indonesia Komitmen Lestarikan 6 Situs UNESCO Global Geopark

Indonesia Berambisi Tekan Emisi Karbon Hingga 314 Juta Ton di 2030

Ubur-ubur jenis Velella yang terdampar adalah hal biasa ketika angin musim mengubah arah angin. Tetapi peristiwa tahun 2006 di pantai barat Selandia Baru – berada di tingkat yang sama sekali berbeda, karena jumlah Ubur-ubur yang mati jumlahnya mencapai jutaan.

Para peneliti menemukan hampir 500 laporan tentang Velella yang terdampar di database COASST, terlihat di hampir 300 pantai. Menurut laporan ini, kematian terbesar sejauh ini terjadi selama bulan-bulan musim semi dari 2015 hingga 2019. Selama tahun-tahun itu, Ubur-ubur mati berserakan lebih dari 1.000 kilometer dari garis pantai.

Kematian Ubur-ubur itu juga bertepatan dengan gelombang panas laut yang sangat besar yang dikenal sebagai gumpalan. Mulai 2013, permukaan air di lepas pantai Pasifik mulai memanas ke tingkat yang belum pernah tercatat sebelumnya, lapor Live Science sebelumnya.

Pemanasan hebat terus berlanjut hingga 2016, merusak setiap tingkat rantai makanan laut dan mengakibatkan kematian massal burung laut, paus balin, singa laut, dan makhluk lainnya.

Menurut studi terbaru, kemungkinan gumpalan itu memicu kematian massal Ubur-ubur pelaut yang diterpa angin yang dilaporkan selama tahun-tahun itu.

“Iklim yang berubah menciptakan pemenang dan pecundang baru di setiap ekosistem,” kata Parrish. (ATN)

Tags: Global WarmingKonservasi LautPemanasan GlobalSave Ocean
Previous Post

Produk dan Hasil Laut Lombok Mulai Rambah Pasar Asia

Next Post

Waspadai Invasi China, Taiwan Mulai Produksi Rudal Jarak Jauh

Related Posts

Tekan Emisi Karbon, Indonesia Terima Rp800 Miliar
Sains & Lingkungan

Indonesia Berambisi Tekan Emisi Karbon Hingga 314 Juta Ton di 2030

April 16, 2021
Paus Sperma Berbobot 20 Ton Mati Terdampar di Perairan Cirebon
Sains & Lingkungan

Paus Sperma Berbobot 20 Ton Mati Terdampar di Perairan Cirebon

April 15, 2021
Rencana Jepang Membuang Air Limbah Fukushima ke Samudera Pasifik Jadi Sorotan
Sains & Lingkungan

Rencana Jepang Membuang Air Limbah Fukushima ke Samudera Pasifik Jadi Sorotan

April 14, 2021
Indonesia Tetapkan Rencana Aksi Nasional Konservasi Hiu Paus
Sains & Lingkungan

Indonesia Tetapkan Rencana Aksi Nasional Konservasi Hiu Paus

April 10, 2021
NTT Dilanda Siklon Tropis Seroja, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Nyata di Indonesia
Sains & Lingkungan

NTT Dilanda Siklon Tropis Seroja, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Nyata di Indonesia

April 9, 2021
Konservasi Hiu dan Pari Jadi Prioritas di Indonesia
Sains & Lingkungan

Konservasi Hiu dan Pari Jadi Prioritas di Indonesia

April 8, 2021
Next Post
Auto Draft

Waspadai Invasi China, Taiwan Mulai Produksi Rudal Jarak Jauh

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Kota-kota di Asia Kini Paling Mahal di Dunia
  • Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim
  • Denmark Buka Kunjungan Wisatawan Global Mulai Bulan Depan
  • Panglima Militer Myanmar Siap Hadiri KTT ASEAN di Jakarta
  • Indonesia Berambisi Jadi Lumbung Pangan Dunia
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.